Kisah Lelaki China Bangun Museum untuk Sepeda Miliknya

Saat muda, lelaki di China itu harus berhemat dengan ketat agar bisa membeli sepeda idaman yang terbilang barang mahal saat itu.

oleh Komarudin diperbarui 04 Okt 2021, 20:10 WIB
ilustrasi sepeda (dok.pexels)

Liputan6.com, Jakarta - Berapa banyak sepeda yang Anda butuhkan dalam hidup Anda? Untuk Chai Lin yang berusia 67 tahun, jawabannya adalah 1.300 buah dan terus bertambah.

Sepeda pertama kali diperkenalkan ke China pada abad ke-19. Selama beberapa dekade terakhir, mereka telah berevolusi dari simbol kekayaan menjadi alat transportasi umum, seperti mengutip dari Global Times, Sabtu, 25 September 2021.

Obsesi Chai pada sepeda dimulai pada 1960-an ketika dia melihat beberapa orang mengendarai kendaraan roda dua di kota kelahirannya Lanzhou, ibu kota Provinsi Gansu, China Barat Laut.

"Mereka seperti terbang di jalanan, dan hati saya terbang bersama mereka," kenang Chai. Sejak saat itu, ia bermimpi memiliki sepeda.

Di era kelangkaan itu, sepeda masih menjadi barang mewah bagi orang Tionghoa biasa. Bahkan ketika Chai mulai bekerja pada 1979, dengan penghasilan lebih banyak dari rekan-rekannya, dia harus mengurangi pengeluaran lain setidaknya selama empat bulan sebelum dia bisa menabung untuk membeli sepeda domestik.

Untuk mendapatkan cukup uang lebih cepat, Chai memanfaatkan bakatnya dalam kaligrafi dan melukis - keterampilan yang mulai dipelajarinya sejak usia 6 tahun - dengan menjual karya seni di jalanan.

Berkat semua upaya dan "crowd-funding" di keluarganya, Chai mendapatkan sepeda pertamanya, Raleigh buatan Inggris, seharga 880 Yuan atau Rp1,9 juta pada 1980. Seluruh keluarga menghargai sepeda itu. Ibu Chai membuat "mantel" anti-debu untuknya, dan Chai sangat menyayanginya sehingga dia bahkan enggan mengendarainya

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Investasi Uang

Ilustrasi Sepeda (Ist)

Setelah menjadi pengusaha bertahun-tahun kemudian dan berpenghasilan cukup untuk membeli sepeda motor dan mobil mewah, kecintaan Chai terhadap sepeda tidak berkurang sama sekali. Dia mulai mengoleksi sepeda dari berbagai merek dan usia, terutama barang antik, dari seluruh dunia melalui lelang dan cara lainnya.

Pengalaman mengumpulkannya memang mengasyikkan, tetapi terkadang juga bisa "membosankan", katanya, terutama ketika perbedaan waktu memaksanya untuk menghadiri lelang online di luar negeri pada larut malam di China.

"Saya harus terus mengklik dengan mouse saya setiap kali saya mengajukan penawaran. Saya mengklik sepanjang malam, dan jari-jari saya mati rasa," katanya. "Untungnya, saya masih muda saat itu dan bisa menanggungnya."

Barang-barang yang diperoleh dengan susah payah telah memberikan kepuasan yang luar biasa bagi Chai, tetapi banyak orang di sekitarnya tidak berpikir demikian. Beberapa teman mengatakan Chai membeli tidak lebih dari setumpuk besi tua, sementara yang lain berpikir dia menghambur-hamburkan uang untuk omong kosong.

Tapi, dia tidak pernah terpengaruh oleh komentar sinis itu. Di matanya, sepeda yang dikumpulkannya juga menampilkan perkembangan peradaban industri global.

Misalnya, katanya, sepeda buatan Jepang telah menyaksikan proses standarisasi produksi kerajinan Jepang. Spesifikasi ketat berlaku untuk setiap bagian sepeda, mulai dari sekrup 4 milimeter hingga roda dan ban, katanya. Chai telah mengumpulkan hampir 100 sepeda Jepang, mencatat bahwa mereka adalah "sayang" dari kolektor sepeda secara global.

Dengan bertambahnya koleksinya, tidak ada ruang yang cukup besar untuk menyimpannya. Pada 2009, dengan dukungan dari pemerintah provinsi Gansu, ia menginvestasikan 200 juta yuan untuk sebuah museum hanya untuk sepedanya.

 


Luas Museum

Ilustrasi Bersepeda (dok. Unsplash.com/@flo_karr)

Setelah upaya 10 tahun, Museum Sepeda Gansu Sanmu, yang terletak di distrik Chengguan, Lanzhou, akhirnya dibuka untuk umum pada Januari 2019 secara gratis. Dengan luas 18.659 meter persegi, museum ini tidak hanya menyimpan sepeda, sekitar 200 tahun, tetapi juga sekitar 13.500 aksesori, manuskrip, buku, dan foto terkait sepeda.

Museum ini telah ditetapkan sebagai pusat penelitian di luar kampus untuk siswa sekolah dasar dan menengah setempat dan juga populer di kalangan wisatawan. Pada paruh pertama tahun 2021 saja, ia menerima lebih dari 900.000 wisatawan.

Chai terus meningkatkan fasilitas di dalam museum, melengkapinya dengan teknologi mutakhir. Misalnya, instalasi VR tersedia bagi pengunjung untuk merasakan sensasi mengendarai berbagai jenis sepeda.

Karena ruang terbatas, sebagian besar koleksi Chai belum dipamerkan dan harus disimpan di gudang, mendorongnya untuk meningkatkan museum.

"Sepeda membawa kenangan unik dan berharga dari generasi kita. Saya berharap dapat memperluas skala area pajangan museum dan memberikan 'rumah' yang nyaman bagi sepeda saya," katanya.


Infografis 10 Tips Aman Bersepeda di Tengah Pandemi

Infografis 10 Tips Aman Bersepeda di Tengah Pandemi. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya