Cerita Akhir Pekan: Digitalisasi Sektor Pertanian, Apa Manfaatnya?

Beragam manfaat yang bisa dipetik dari digitalisasi sektor pertanian, salah satunya bisa menentukan ke mana hasi panen bisa dijual, tidak tergantung tengkulak.

oleh Komarudin diperbarui 26 Sep 2021, 10:02 WIB
Para petani sedang menanam padi di sawah (dok.Instagram/@vestanesia/https://www.instagram.com/p/CPagxe-h5MJ/Komarudin)

Liputan6.com, Jakarta - Pertanian merupakan sektor penting yang menopang berlangsungnya peradaban manusia di mana pun, termasuk di Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris, yang sebagian besar penduduknya menggantungkan diri pada sektor pertanian. Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia pun ditopang oleh sektor pertanian.

"Berdasarkan hal itu, kami mencoba untuk melihat persoalan di sektor pertanian, terutama petani. Narasi besarnya adalah sektor pertanian itu penting dan berdampak besar bagi bangsa dan negara, tetapi mengapa petani itu miskin. Itu merupakan pertanyaan yang paling mendasar," ujar Chief Product Officer Vestanesia, Muhammad Ilmi Ikhsan Sabur saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu, 25 September 2021. Vestanesia adalah sebuah perusahaan finansial berbasis digital yang fokus pada usaha pertanian, peternakan, perikanan dan industri olahannya.

Baik itu yang berkaitan dengan budi daya tanaman, maupun di luar budi daya tanaman, seperti pasar, modal, dan lain sebagainya. Apa yang dilakukan petani sekarang itu tidak memberikan kesejahteraan, seperti akses permodalan, lahan, dan pasar yang terbatas.

"Hasil yang mereka peroleh digunakan untuk modal dan berputar-putar saja pada persoalan itu," imbuh Ilmi yang fokus mengembangkan pertanian di Indonesia Timur ini. Ia menilai bahwa saat ini potensi digital itu sangat besar.

Bagi Ilmi, saat ini orang semakin melek dengan teknologi digital. Berdasarkan data, ia menyebut bahwa pengguna Internet itu sebesar 70 persen dari jumlah penduduk.

"Berdasarkan kondisi itu, kami melihat bahwa salah satu solusi yang bisa digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan petani adalah memanfaatkan potensi digital yang ada, baik itu berkaitan dengan budi daya, maupun di luar budi daya. Jadi, kami berusaha untuk menganalisis penggunaan teknologi baru yang mungkin bisa meningkatkan produksi maupun kualitas budi daya yang dilakukan petani," kata Ilmi.

Ia kemudian membangun demplot dan dari demplot yang berhasil kemudian diterapkan kepada petani. Dari situ petani dihubungkan secara digital kepada masyarakat umum yang bisa mendanai pertanian para petani.

"Dengan begitu, mereka yang awalnya hanya bertani skala kecil bisa memperluas skala usahanya. Terakhir, kami juga membantu pemasarannya secara digital juga," ujar Ilmi.

Dengan ekosistem digital itu, ada harapan baru bagi petani yang awalnya skala kecil dan tergantung dengan tengkulak, sekarang mereka punya opsi baru. Pasar digital itu lebih besar dan mereka tidak tergantung sangat besar kepada tengkulak.

"Mereka punya pilihan baru. Mereka juga punya kemerdekaan untuk menentukan ke mana mereka harus menjual hasil panennya," kata Ilmi yang saat ini membantu mengembangkan budi daya porang di Barru, Sulawesi Selatan, dan di Bau-Bau di Sulawesi Tenggara.

 


Pertanian Sektor Esensial

Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat mengunjungi pabrik pengolahan tanaman porang di Jawa Timur (dok.instagram/@jokowi/https://www.instagram.com/p/CSwSZ5thLnV/Komarudin)

Pada 2020, sektor agrikultur terbukti menjadi sektor yang tumbuh positif di antarasektor-sektor lainnya yang bertumbuh negatif saat pandemi. Sektor agrikultur pun masih menjadi kontributor terbesar kedua terhadap Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Tangguhnya sektor agrikultur di masa pandemi juga tercermin dalam kinerja TaniHub Group.

"Perusahaan kami mengalami peningkatan bisnis sebesar 639 persen pada tahun yang sama. Kami turut menerima banyak mitra petani baru yang bergabung dengan ekosistem kami, karena mereka mencari alternatif pasar selain pasar tradisional, industri restoran dan hotel yang terdampak pandemi," kata Chief Executive Officer (CEO) TaniHub Group, Pamitra Wineka, kepada Liputan6.com, Sabtu, 25 September 2021.

Saat ini sudah terjadi peningkatan transaksi harian di platform TaniHub sebesar tiga kali lipat jika dibandingkan dengan sebelum PPKM Darurat berlaku. Peningkatan ini sendiri sudah mulai terjadi sejak awal Juli 2021 ketika informasi mengenai PPKM Darurat beredar di masyarakat dan semakin meningkat ketika PPKM Darurat resmi diumumkan.

"Pada dasarnya, sektor pertanian merupakan sektor esensial karena bersangkut-paut dengan makanan sebagai kebutuhan dasar manusia. Kondisi perekonomian yang melemah mungkinakan mengubah pola makan dan konsumsi masyarakat, namun tidak akan membuat masyarakat berhenti mengonsumsi makanan," ujar Pamitra.

Sektor pertanian merupakan sumber mata pencarian bagi 33 juta petani dan berkontribusiterhadap 13 persen dari perekonomian di Indonesia. Sektor ini memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi penduduknya yang terus meningkat, di tengahpola pangan konsumen yang beragam.

Tantangannya tentu ada pada peningkatan produktivitas pertanian serta ketahanan terhadap guncangan, termasuk yang disebabkan oleh iklim. Karena bagaimanapun juga, sektor inimenjadi sektor utama yang diandalkan untuk memenuhi kebutuhan pangan para penduduk Indonesia. Namun, dalam praktik peningkatan produktivitas pangan, petani kerap menemui kesulitan, baik dari input, pasar, dan pendanaan.

"TaniHub Group melalui entitas-entitas di bawahnya,TaniHub sebagai platform e-commerce, TaniFund sebagai penyedia peer-to-peer lending untuk pertanian, dan TaniSupply sebagai pengelola supply chain untuk hasil panen dan produk pangan, memiliki misi untuk menyelesaikan tantangan-tantangan di sektor pertanian untuk mewujudkan sektor pertanian Indonesia yang produktif," imbuh Pamitra.

 

 


Ciptakan Perubahan

Petani sedang memanggul hasil panennya (dok.tanihub/https://www.instagram.com/p/CT6lXiuFI3x/Komarudin)

Dalam pandangan Pamitra, digitalisasi dalam sektor pertanian berpotensi untuk menciptakan perubahan dalam sektor pertanian di Indonesia. Pertanian digital dapat membantu para petani dan pelaku usaha pertanian dalam mengakses informasi, membuat keputusan yang lebih baik, dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara lebih produktif dan berkelanjutan

"Digitalisasi ekosistem pertanian mampu memberdayakan lebih banyak petani dan mempercepat perkembangan ekonomi digital Indonesia, seperti penerapan teknologi cloud untuk memungkinkan terciptanya ekosistem data untuk saling berkolaborasi antarstakeholders yang terlibat, baik itu pelaku sektor pertanian, pemangku kebijakan, hinggapihak-pihak yang berkontribusi dalam membangun pertanian Indonesia untuk sekaligus berbagi informasi," tutur Pamitra.

Pamitra berkata, di TaniHub Group, pihaknya memiliki tim agronom (agronomist) yang bertugas untuk berkoordinasi langsung bersama petani binaannya di lahan. "Dalam hal ini, para agronom kami juga bertugas untuk mendiseminasikan informasi-informasi cara bercocok tanam yang baik, sekaligus mengedukasi para petani dalam memanfaatkan teknologi yang sekiranya mampu meningkatkan produktivitas lahan dan pendapatan sekaligus meningkatkan efisiensi pertanian," sambung Pamitra.

Hal senada disampaikan CEO Sipindo Enterprise,  M. Reza Hanjaya, kepada Liputan6.com. Digitalisasi akan terbangun lebih baik lagi dengan adanya kolaborasi berkesinambungan beberapa pengelola aplikasi pertanian, industri benih dan pupuk, perbankan, digital marketing, dan juga pemerintah.

"Kalau perlu mari kita bersama membangun digitalisasi pertanian sehingga mengubah wajah profesi petani menjadi mudah, keren, dan menghasilkan. Kalau sudah seperti itu bisa banyak pemuda Indonesia tertarik bekerja pada sektor pertanian ini," ujar Reza.

Saat ini, kata Reza, pihaknya mwediakan artikel dan konsultasi pertanian, memberikan informasi praktek pertanian yang baik, informasi peta penanaman dan curah hujan. Selain itu, Sipindo juga memberi informasi penanganan hama dan penyakit tanaman, rekomendasi pemupukan dan pengairan,  informasi harga sayur, serta iklan jual beli dan toko pertanian terdekat.

 


Infografis Hari Tani Nasional

jumlah petani indonesia turun sejak tiga tahun terakhir (liputan6/yasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya