Liputan6.com, Jakarta Kami tak akan buru-buru menilai ini sebagai film terbaik Marvel yang pernah dibuat seperti kebanyakan pengulas yang mencintai produk komik tersebut sejak awal. Shang Chi and The Legend of the Ten Rings buat kami cerita baru.
Selain namanya lebih asing ketimbang pahlawan super top of mind seperti Spider-Man, Hulk, Captain America, dan Iron-Man, ia sendiri memang belum pernah muncul dalam koalisi Avengers dalam kisah apa pun beberapa tahun terakhir.
Baca Juga
Advertisement
Lalu, Shang-Chi dibuatkan cerita sendiri setelah Avengers Endgame selesai diproduksi dan sejumlah personel supernya pensiun. Setelah menonton, kami punya sejumlah catatan. Berikut review film Shang Chi and The Legend of the Ten Rings.
Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Legenda Dari Ta Lo
Karya sineas Destin Daniel Cretton dimulai dari sudut pandang “ibu pertiwi” yakni Ying Li (Fala Chen) salah satu putri dari Desa Ta Lo, kawasan “terbungkus” hutan dengan labirin pohon bambu yang bergerak secara berkala.
Suatu hari, Wenwu (Tony Leung) pemegang 10 cincin berupaya menakhlukkan Ta Lo. Terlibat pertarungan sengit untuk kali pertama, Wenwu dan Ying Li malah jatuh hati.
Pernikahan keduanya dikaruniai dua anak yakni Shang Chi (Simu Liu) dan Xialing (Meng’er Zhang). Sejak menikah, Ying Li meninggalkan Ta Lo dan Wenwu menanggalkan 10 cincin untuk memulai hidup baru.
Advertisement
Suara Almarhumah
Rupanya, Wenwu tak 100 persen berubah dan memiliki lawan bisnis. Beberapa di antaranya menghabisi Ying Li. Bertahun-tahun kemudian, Wenwu yang kembali memakai 10 cincin mendengar suara Yingli. Ia mengaku masih hidup dan kini ditahan rakyat Ta Lo yang menganggapnya pengkhianat.
Wenwu menyusun strategi kembali ke Ta Lo. Xialing, Shang Chi dan sahabatnya, Katy (Awkwafina) yang tak percaya Ying Li masih hidup mendahului Wenwu ke Ta Lo dengan bantuan Trevor (Ben Kingsley). Di sana ia disambut saudari Yingli, Ying Nan (Michelle Yeoh).
Kami punya sejumlah catatan. Pertama, soal Tony Leung. Kali pertama muncul di layar, karismanya ke mana-mana. Entah kenapa, muncul harapan bahwa dialah sang pahlawan yang namanya menjadi judul film ini.
Tony yang 'Mengganggu'
Satu jam pertama, kehadirannya benar-benar “mengganggu.” Cara Wenwu hadir, berbicara, beraksi dengan tangan dingin, hingga mempresentasikan apa yang diyakininya membuat kami teryakinkan. Bahkan, rela memberikan hati kami untuk Wenwu.
Memasuki paruh kedua, barulah kami sadar bahwa di tangan Simu Liu-lah harapan semestinya ditautkan. Simu Liu tampaknya butuh waktu untuk mengimbangi karisma seniornya. Beruntung, waktu yang dibutuhkan tak terlalu lama.
Ndilalah, rekan kerjanya, Awkwafina cukup aktif memancing sang aktor untuk lebih lepas dan ekspresif. Jadilah proses perkenalan Shang Chi dengan audiens berlangsung renyah dan asyik.
Advertisement
Klasik dan Masih Efektif
Beberapa tokoh dalam Shang Chi and The Legend of the Ten Rings yang berada di garis depan memperlihatkan kepekaan departemen penata peran dalam mencari pemain. Hasilnya, tampak pas dan terlihat luwes bersenyawa.
Selain pemain, kekuatan film ini ada dalam penceritaan. Khas Marvel yang tanpa basa-basi dengan selera humor antigaring, beberapa konflik yang merupakan bagian dari pengenalan karakter di pajang di depan.
Jurus klasik ini masih efektif membuat alur Shang Chi and The Legend of the Ten Rings terasa bergegas. Isinya tak seperti wahana bermain. Jika direnungi lebih dalam, film aksi fantasi ini memberi pesan mendalam.
Tak Berfungsi Ideal
Bagaimana jika keluarga yang mestinya menjadi tempat teraman bagi seorang anak tak lagi terasa aman? Pesan utama ini kemudian dikembangkan ke dalam sikap-sikap tak lazim dari para anggota keluarga.
Ayah yang penuh penyesalan dan belum bisa berdamai dengan masa lalu. Ibu yang dinilai pergi terlalu cepat. Kakak yang selalu takut dan bersembunyi dari kenyataan. Dan adik yang merasa ditinggalkan, sendirian, dan menjadi lebih keras dari yang semestinya.
Saat para anggota keluarga tak berfungsi ideal, bagian mana yang mesti diperbaiki lebih dulu? Sang Chi bisa jadi tak berbicara tentang bagaimana menyelamatkan dunia atau semesta.
Advertisement
Andai Bukan Pandemi...
Para lakon mencari solusi, menyusun ulang puzzle keluarga ideal meski tak akan lengkap 100 persen. Namun justru inilah elemen yang membuat film ini terasa dekat dan mudah diterima. Semua karakter dalam film ini menyandang peran penting dalam porsi berbeda.
Dunia yang ditawarkan bisa jadi “kecil.” Namun, bukankah ruang kecil membuat para penghuninya merasa hangat dan ada? Itulah kunci keberhasilan Shang Chi. Dengan sinematografi yang dinamis, editing yang peka menggarisbawahi Shang Chi sebagai anggota baru jagat sinema Marvel, riasan, kostum plus efek visual memukau, Destin Daniel Cretton berhasil melahirkan salah satu film origin yang ideal.
Artistik dan penataan konflik menyempurnakan Shang Chi and The Legend of the Ten Rings sebagai jilid perdana terbaik tahun ini. Bahkan, dekade ini. Andai bukan pandemi, mudah saja bagi Shang Chi menggasak 1 miliar dolar AS dari seluruh dunia.
Pemain: Simu Liu, Awkwafina, Fala Chen, Florian Munteanu, Meng’er Zhang, Michelle Yeoh, Tony Leung, Ben Kingsley
Produser: Kevin Feige, Jonathan Schwartz
Sutradara: Destin Daniel Cretton
Penulis: Dave Callaham, Destin Daniel Cretton, Andrew Lanham
Produksi: Marvel Studios, Walt Disney Studios
Durasi: 2 jam, 12 menit