Liputan6.com, Garut - Lama dikenal sebagai aktivis lingkungan yang kerap bersuara lantang menyampaikan persoalan alam. Jalan hidup Hamzah Fauzi Nur Amin atau Robet, eksportir kopi Garut, Jawa Barat seolah ditakdirkan tidak jauh-jauh dari alam.
Kecintaannya melestarikan alam, menuntunnya pada ragam persoalan komunitas masyarakat sekitar hutan, salah satunya komunitas petani kopi.
“Saat itu sekitar 2009 mereka (petani kopi) datang meminta kepastian pasar untuk menjual kopinya,” ujarnya dalam obrolan hangat bersama Liputan6.com, beberapa waktu lalu.
Baca Juga
Advertisement
Robet yang masih buta mengenai harga komoditas kopi secara luas, mulai menekuni dan mempelajari seluk beluk komoditas yang berasal dari Brasil tersebut, termasuk potensi terpendam kualitas kopi dalam negeri yang tidak kalah dengan dengan kapi luar.
“Maklum basic (dasar) kami adalah penggiat lingkungan,” ujar dia tersenyum dengan hangat mengenang perjalannya sebagai eksportir handal kemudian hari.
Memulai dengan memasarkan kopi khas Garut, kemudian Robet mulai merambah jenis kopi unggulannya di tanah air, untuk pangsa pasar pemula tujuan dalam negeri.
“Alhamdulillah kopi yang kami tawarkan mendapatkan respon positif dalam negeri,” kata dia.
Selain harga yang terjangkau para pelaku usaha kopi dalam negeri, kualitas kopi via Koperasi Classic Beans pun terbilang unggul dibanding lainnya.
“Kopi kami terbentang mulai Aceh Gayo, hingga Sulawesi, termasuk kopi seluruh Jawa kami punya,” kata dia bangga.
Tak ayal, selain koperasinya yang terus maju, paguyuban kopi Sunda Hejo kerap dikunjungi kalangan aktivis lingkungan termasuk akademisi untuk mempelajari sukses ekportir kopi dengan mampu mempertahankan kelesatrian alam.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Rambah Ekspor
Gayung bersambut, perkenalannya dengan komunitas kopi membuat volume komoditas kopi yang ia tampung terbilang melimpah hingga memberanikan diri menjajaki pasar global.
“Saya pertama kali ekspor ke California, dan Perancis tahun 2011 sebnayak 600 kilogram,” kata dia mengenang rintisannya saat pertama kali mengirimkan barang hingga negeri Paman Sam hampir 12 tahun yang lalu.
Bersyukur, kiriman perdana mendapat respon positif dari pasar Amerika, hingga sejurus kemudian meluaskan pangsa pasarnya ke benua biru Eropa.
“Alhamdulillah jumlah petani terus bertambah, kepastian petani juga tantang penjamin pasar bertambah, dan lingkungan juga terjaga,” ujar dia.
Kini satu dekade lebih setelah ekspor perdana sukses menembus benua Amerik dan Eropa plus negara tetangga Australia, kilau kopi tanah air semakin diperhatikan di mata pecinta kopi dunia.
“Ekspor kita itu sebenarnya tidak ke banyak negara, cuma dari negara yang kita kirim tersebut (California, Perancis) kopi kita terdistribusi ke beberapa negara juga,” ujarnya.
Bahkan negara tetangga sebenua khususnya Asia Tenggara, mulai menikmati hangatnya kopi milik Paguyuban Sunda Hejo asal kecamatan Kadungora, Garut tersebut.
“Kami menghimpun hampir 8.400 petani kopi di Jawa Barat mulai Bandung, Cianjur, Ciamis, Kuningan, Garut, termasuk petani di Aceh, Kintamani Bali, Ijen Bondowoso hingga Jogya dan Jawa Tengah,” papar dia.
Soal urusan rasa dan nikmati kopi ujar Robet, tergantung selera konsumen yang meminta, sebab kopi kirimannya terbilang lengkap mulai Gayo dari Aceh hingga kopi dari Indonesia timur.
“Kami menghimpun ragam kopi dengan kualitas terjaga, ada kopi yang dataran tinggi arabika dan ada kopi dataran rendah varietas robusta.
Saat ini tak kurang dari 200 kontainer ukuran 18-20 ton per kontainer, berhasil ia kapalkan ke beberapa negara tujuan ekspor. Angka itu menurun dibanding sebelum pandemi yang berada di angkat 500 kointainer lebih setiap tahunnya.
"Tapi alhamdulillah jumlahnya setelah covid ini terus bertambah, semoga cepat kembali pulih (perekonomian)," kata dia.
Advertisement