Liputan6.com, Jakarta - Kematian akibat serangan jantung meningkat selama pandemi COVID-19. Angka tersebut dihimpun oleh Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PP PERKI).
Laporan rata-rata rumah sakit masa pandemi COVID-19, menunjukkan, 16,3 persen pasien yang dirawat dari ruang isolasi COVID-19 ternyata mempunyai penyakit bawaan (komorbid) atau koinsiden penyakit kardiovaskular.
Baca Juga
Advertisement
Sebagai perbandingan, sebelum pandemi, laju rata-rata mortalitas (kematian) di rumah akibat serangan jantung sebesar delapan persen, tapi di masa pandemi COVID-19, angka ini dilaporkan meningkat hingga 22-23 persen.
Ketua Umum PP PERKI, Isman Firdaus, menekankan, pandemi COVID-19 yang berlangsung menjadi kekhawatiran tersendiri bagi orang dengan penyakit jantung. Hal ini karena paparan infeksi apapun, termasuk infeksi COVID-19 dapat mencetuskan perburukan dari penyakit kardiovaskular.
"Seperti terjadinya kekambuhan penyakit jantung koroner atau gagal jantung menahun. Bahkan lebih mudah terjadi kematian pada pasien COVID-19 yang memiliki penyakit jantung dibandingkan tanpa penyakit jantung," terang Isman melalui pernyataan resmi yang diterima Health Liputan6.com, Senin (27/9/2021).
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua
Jaga Kesehatan Jantung dengan Inovasi Teknologi
PERKI menyoroti pentingnya menjaga kesehatan jantung dengan bantuan inovasi dan perubahan teknologi dan digital yang ada di masa pandemi COVID-19.
“Inovasi digital telah membantu masyarakat yang sehat maupun yang sakit di masa pandemi untuk mendapatkan akses kesehatan dengan mudah, layanan konsultasi secara online, dan edukasi kesehatan. Kemudian juga pemantauan capaian aktivitas fisik dan olahraga, serta layanan antar obat-obatan ke rumah," lanjut Isman Firdaus.
Isman menambahkan kemajuan teknologi informasi dan digital diikuti dengan keprihatinan PERKI akan misinformasi (hoaks) dan disinformasi mengenai kesehatan yang beredar di dunia maya, terutama terkait kesehatan jantung.
Penyakit kardiovaskular masih menjadi ancaman dunia dan merupakan penyakit yang berperan utama sebagai penyebab kematian nomor satu di seluruh dunia. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, lebih dari 17 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2018, angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Setidaknya, 15 dari 1000 orang atau saat ini terdapat 4,2 juta orang yang menderita penyakit kardiovaskular, serta 2.784.064 di antaranya menderita penyakit jantung. Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) melaporkan, 14,4 persen sebab kematian di Indonesia adalah penyakit jantung koroner.
Advertisement