Dua Tahun Kematian Randi dan Yusuf, Mahasiswa Halu Oleo: Luka Kami Belum Sembuh

Dua tahun lalu, Randi dan Yusuf, mahasiswa Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari tewas ditembak aparat saat berunjuk rasa menolak RUU kontroversial.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Sep 2021, 15:56 WIB
Orang tua Randi dan Yusuf, dua mahasiswa Universitas Halu Oleo yang tewas tertembak saat aksi demo menolak RKUHP dan revisi UU KPK pada September lalu di Kendari, Sulawesi Tenggara, mendatangi Gedung KPK, Jakarta, Kamis (12/12/2019). (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Liputan6.com, Kendari - Tentu belum pudar dalam ingatan, Randi dan Yusuf mahasiswa Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari tewas ditembak aparat saat berunjuk rasa menolak RUU kontroversial pada 26 September 2019 silam. Sampai saat ini tidak ada kejelasan kasus, sehingga luka tersebut masih membekas di hati mahasiswa dan keluarga.

Atas dasar itu, para mahasiswa yang mengatasnamakan keluarga besar Randi dan Yusuf menggelar unjuk rasa memperingati dua tahun kematian dua mahasiswa Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari.

Unjuk rasa digelar para mahasiswa di simpang empat Jalan Haluoleo, Kelurahan Mokoau, Kecamatan Anduonohu, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), tepatnya di simpang empat Kepolisian Daerah (Polda Sultra).

"Hadirnya kami di sini karena nyawa teman kami diambil," teriak salah satu orator dibalik kawat yang dibentang kepolisian setempat.

Mereka mengaku belum bisa menerima kematian kedua sahabat dan rekannya yang tewas tertembak pada aksi unjuk rasa di Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sultra, pada 26 September 2019.

"Luka kami belum sembuh, kami ingin menyampaikan bahwa luka kami belum sembuh," teriak orator di hadapan pihak kepolisian.

Para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi berorasi secara bergantian menyampaikan tuntutan mereka dengan menggunakan pengeras suara di hadapan para kepolisian.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Pengamanan Petugas

Sementara itu kepolisian melakukan penjagaan di simpang empat Polda Sultra, kawat berduri dibentangkan guna menghalau para demonstran.

Polisi bertameng dan memegang senjata gas air mata berdiri di hadapan para demonstran yang dipisahkan kawat berduri. Selain itu, sebanyak tiga unit mobil water cannon telah disiapkan kepolisian.

Para pengendara yang melintas terpaksa memutar balik akibat jalur tersebut ditutup kawat berduri dan para mahasiswa berdiri tepat di samping kawat berduri sembari berorasi menyampaikan tuntutannya.

Hingga berita ini diturunkan pada pukul 12.56 Wita, aksi demo memperingati dua tahun kematian Randi-Yusuf berlangsung kondusif.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya