Liputan6.com, Jakarta Stephanie Stewart yang terlahir tunanetra dan Catlin yang kehilangan sebelah penglihatannya, merasa terbantu untuk berjuang tetap hidup dengan berlatih judo.
Dilansir dari BBC, klub judo Coleraine adalah salah satu yang pertama di Irlandia Utara yang menawarkan pelatihan bagi peserta tunanetra.
Stephanie Stewart terlahir tunanetra karena saraf optik yang belum berkembang, mulai menghadiri klub tersebut sejak pembatasan penguncian di sekitar area klub mulai mereda.
Baca Juga
Advertisement
“Saat pertama saya menemukan Judo, saya berpikir bahwa itu hal yang baru dan saya ingin mencobanya. Saya belajar banyak tentang cara mencegah terjatuh dan jatuh dengan aman. Sebab bahkan saat Anda tidak sedang bertengkar, atau bahkan Anda tidak melakukan Judo, saat Anda jatuh, penting untuk mengetahui cara jatuh dengan aman. Oleh karena saya tidak bisa memvisualisasikannya, kami harus menunjukkannya secara fisik. Saya pikir itu sebenarnya adalah ujian kepercayaan diri karena itu membutuhkan banyak kepastian. Sampai saya selalu diingatkan, 'Anda di atas matras Judo'," kata Stewart.
"Itu merupakan cara yang baik untuk meredakan stres. Saya juga sebenarnya suka terjatuh, kapanpun orang-orang berguling dan melempar saya. Ini sangat berguna secara praktis dan menyenangkan."
"Beberapa orang mungkin bertanya: Bagaimana bisa Anda melakukannya (Judo) padahal Anda tunanetra? Jadi memang ada sedikit, yang saya pikir itu stigma, karena nyatanya kami bisa (melakukannya)," tambahnya.
Pengalaman Catlin
Sementara bagi Iain Catlin yang memiliki retinopati diabetik sehingga kehilangan penglihatan di mata kirinya, menyebutkan bahwa judo memiliki dampak besar dalam hidupnya, terutama dalam mengatasi masalah kesehatan mentalnya.
"Penglihatan saya mulai memburuk sejak 12 tahun yang lalu oleh karena memiliki diabetes dan saya jadi punya retinopati diabetik. Saya buta di mata kiri saya dan saya hanya bisa melihat tampilan secara garis besar dan bentuk-bentuk dengan mata kanan saya," kata Catlin, dikutip dari BBC
“Saya berjuang dengan aspek kesehatan mental untuk berdamai dengan kehilangan penglihatan saya. Karena jika Anda memiliki gangguan penglihatan atau tunanetra, Anda tidak bisa memasang sepasang sepatu atau celana, bahkan berlari, sebagaimana orang lainnya. Kami membutuhkan seseorang berlari bersama kami untuk memantau kami. Sehingga saat saya tahu bisa judo, saya langsung berpikir, 'ya, saya ingin melakukan ini.'"
"Di atas matras yang empuk, kami bisa berlatih sendiri di lingkungan yang aman. Judo memungkinkan saya untuk tetap bugar dan berolahraga di lingkungan yang aman. Saat Anda di komunitas seperti klub judo, itu memberi saya kekuatan mental untuk menghargai hidup bahkan dengan kehilangan penglihatan sekalipun," tambah Catlin.
Advertisement
Judo semakin populer
Bahkan Jonathan Adams dari Royal National Institute of Blind People mengatakan betapa ia berharap ada lebih banyak klub judo di Irlandia Utara yang juga menerima peserta tunanetra dan orang dengan gangguan penglihatan lainnya.
"Saya ingin melihatnya tumbuh dan saya berharap klub lain di seluruh provinsi menerima fakta bahwa judo dapat diakses oleh orang-orang dengan gangguan penglihatan."
Judo dan seni bela diri kini semakin populer di antara orang-orang dengan kesulitan penglihatan dan di Inggris, dan disana tersebar raturan klub serupa.
Sementara Paul Loan yang seorang pelatih Judo di klub tersebut, mengatakan, "Saya belajar banyak hal baru selama pelatihan dan banyak cara pendekatan baru untuk olahraga. Sungguh sangat menyenangkan bisa terlibat dengan mereka."
"Saya hanya ingin tetap bugar, mungkin sampai di tahap saya bisa melatih orang lain dengan gangguan penglihatan untuk membantu mereka menjalani kehidupan," kata Catlin.
"Olahraga itu adalah tentang menjadi bugar, sambil bersenang-senang, dan saya telah membangun relasi yang baik di grup judo ini. Jadi saya merasa itu sangat menakjubkan," kata Stewart.
Infografis 5 Gejala Sakit Kepala Akibat Covid-19
Advertisement