6 Fakta Menarik Kabupaten Timor Tengah Utara yang Pernah Jadi Bagian Provinsi Sunda Kecil

Kabupaten Timor Tengah Utara memiliki pantai yang disebut-sebut sebagai tempat pacuan kuda terindah di Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Sep 2021, 08:30 WIB
Air Terjun Pah Koto di Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur. (dok. disbudpar.ttukab.go.id)

Liputan6.com, Jakarta - Timor Tengah Utara merupakan nama kabupaten yang berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Ibu kotanya berada di Kota Kefamenanu.

Luas wilayah Timor Tengah Utara 2.669,70 kilometer persegi. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Timor Tengah Selatan di selatan, Laut Sawu dan Timor Leste di sebelah utara, Kabupaten Kupang dan Timor Tengah Selatan di barat, serta Kabupaten Belu dan Malaka di timur.

Secara administratif, kabupaten ini terbagi menjadi 24 kecamatan dengan kecamatan terluas yakni Kecamatan Insan yang memiliki wilayah 333,08 kilometer persegi. Kota Bikomi Selatan menjadi wilayah terkecil yang berada di kabupaten ini.

Pada 2020, jumlah penduduk Kabupaten Timor Tengah Utara sebanyak 259.829 jiwa. Jumlah angkatan kerja di Timor Tengah Utara sebesar 141.985 jiwa atau sekitar 54 persen dari jumlah penduduk.

Tentunya masih banyak hal-hal menarik lainnya dari Kabupaten Timor Tengah Utara. Berikut enam fakta menarik Kabupaten Timor Tengah Utara yang dirangkum oleh Liputan6.com dari berbagai sumber.

1. Asal-usul Kabupaten

Sebelum ditetapkan sebagai kabupaten berdasarkan Undang-Undang nomor 69 tahun 1958 (Lembaran Negara tahun 1958 no. 122), Timor Tengah Utara disebut Onderafdeeling Noord Miden Timor semasa pemerintahan Hindia Belanda. Sesuai aturan pemerintahan kerajaan yang diberlakukan bagi semua swapraja yang ada di Timor, setiap onderafdeling dipimpin oleh controleur berkebangsaan Belanda dibantu seorang petugas pangreh praja orang Indonesia.

Struktur kekuasaan yang dibentuk pemerintahan Hindia Belanda tersebut dipadukan dengan sisa-sisa struktur pemerintahan asli. Strukturnya dari tertinggi sampai terendah berturut-turut adalah controleur, kepala Swapraja, fetor, temungkung, wakil temungkung, baru rakyat.

Pada masa penjajahan Jepang, nama Oderafdeling diubah menjadi Bunken yang dipimpin oleh Bunken Kanrikan. Sementara, strukturnya masih dipertahankan. Tapi setelah Jepang menyerah, wilayah ini tergabung dalam Provinsi Sunda Kecil. Kabupaten itu juga sempat menjadi bagian Negara Indonesia Timur, tetapi segera menuntut pembubaran agar bisa bergabung dengan Indonesia. 

Propinsi Sunda Kecil lalu dipecah menjadi daerah Swatantra tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Kemudian, berdasarkan Undang-Undang Nomor 69/1958 tentang pembentukan daerah-daerah tingkat II, daerah swatantra tingkat I Nusa Tenggara Timur dibagi lagi menjadi 12 daerah swatantra tingkat II, termasuk daerah tingkat II Timor Tengah Utara.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


2. Pantai Tanjung Bastian

Pantai Tanjung Bastian berada di Wini, tepatnya di Kecamatan Insana Utara, sekitar 67 kilometer dari Kota Kefamenanu. Letaknya di perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste.

Pantai ini menyajikan pemandangan berupa pasir putih. Batuan putih yang memiliki tekstur halus tersebar di wilayah ini. Beberapa orang menganggap bahwa daerah ini dijadikan sebagai jalur pacuan kuda terindah di Indonesia. Jika ingin melihat pantai ini, perlu menggunakan kendaraan roda dua karena jalannya yang masih sempit.

3. Gua Bitauni

Gua Bitauni menjadi salah satu wisata religi di Timor Tengah Utara. Lokasinya berada di Kecamatan Insana, dekat Bukit Bitauni yang dulu menjadi benteng pertahanan bangsa Portugis.

Sebelumnya, Gua Bitauni merupakan gua keramat yang selanjutnya dijadikan sebagai benteng pertahanan bagi Suku Aplasi atau Silab Aplasi, Taolin, Pakenoni, dan Tutpai. Selama menempati gua ini, mereka melaksanakan Paskah Adat yang bernama Kaos Toli yang diiringi dengan tarian bidu-bidu bola atau tarian bidu gua.

4. Air Terjun Pah Koto

Air Terjun Pah Koto terletak di Kecamatan Mutis, Desa Tasinifu. Kawasan air terjun ini terdiri dari beberapa air terjun dengan ketinggian yang berbeda-beda dengan titik tertinggi 30 meter, sedang setinggi 20 meter, dan rendah setinggi 3-10 meter.

Sumber mata air dari air terjun ini berasal dari Gunung Bikekneno. Konon, nama Pahkoto berasal dari dua kata yaitu Pah dan Koto. Pah dapat diartikan sebagai wilayah dan Koto sebagai kacang. Jika digabungkan, Pahkoto memiliki arti daerah atau wilayah yang ditumbuhi kacang.


5. Desa Wisata Noepesu

Pemandangan di Desa Noepesu, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur. (dok. disbudpar.ttukab.go.id)

Desa Wisata Noepesu merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Miomaffo Barat. Desa yang berada di bawah kaki Gunung Mutis dan Gunung Babnain memiliki panorama yang indah.

Desa Noepesu merupakan daerah penghasil buah, ubi, dan sayur mayur. Terdapat pula Bukit Nikole di desa ini. Dari bukit tersebut dapat melihat keindahan Gunung Mutis dan Babnain.

Selain itu, warga desa memiliki tradisi Fuaton yang dilaksanakan setiap tahun. Fuaton atau Fua Ton biasanya diadakan ketika menjelang musim tanam. Tujuan ritual tersebut sebagai bentuk syukur serta memohon kepada alam agar musim panen mendapatkan hasil yang berlimpah dan tidak diserang hama. Acara ini biasanya akan dipimpin oleh ketua adat dan tokoh adat lainnya.

6. Manatika

Manatika merupakan olahraga tradisional yang berupa adu ketangkasan dan kekuatan kaki dengan saling menendang. Biasanya, manatika disebut juga sebagai taekwondo tradisional. Manatika disebut juga menyerupai Kick Boxing di Thailand.

Bagi kalangan muda, manatika digelar untuk menguji ketangkasan otot. Para pemain akan berkelahi dengan posisi saling membelakangi. Manaitika dipandu oleh juri atau wasit agar para pemain sesuai dengan aturan. (Gabriella Ajeng Larasati)


4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan

Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya