Harga Minyak Terus Reli, Brent Hampir Sentuh USD 80 per Barel

Harga minyak naik selama lima hari berturut-turut pada perdagangan Senin. Kenaikan ini karena ketatnya produksi.

oleh Tira Santia diperbarui 28 Sep 2021, 08:00 WIB
Ilustrasi tambang migas. Harga minyak Brent naik 1,84 persen atau USD 1,44 dan menetap di USD 79,53 per barel (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik selama lima hari berturut-turut pada perdagangan Senin dengan harga minyak mentah Brent menuju level USD 80 per barel di tengah kekhawatiran pasokan.

Beberapa negara di berbagai belahan dunia mengalami peningkatan permintaan minyak yang disebabkan meredanya pandemi covid-19 dan pembukaan aktivitas industri.

Mengutip CNBC, Selasa (28/9/2021), harga minyak Brent naik 1,84 persen atau USD 1,44 dan menetap di USD 79,53 per barel, setelah naik untuk minggu ketiga berturut-turut hingga perdagangan Jumat.

Sedangkan harga minyak AS naik USD 1,47 atau 2 persen menjadi USD 75,45 per barel, tertinggi sejak Juli, setelah naik untuk minggu kelima berturut-turut minggu lalu.

“Keketatan pasokan terus menarik persediaan di semua wilayah,” kata ANZ Research dalam sebuah catatan.

Naiknya harga gas juga membantu mendorong harga minyak bergerak lebih tinggi karena menjadi relatif lebih murah untuk pembangkit listrik, kata analis ANZ dalam catatannya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Sulit Meningkatan Produksi

Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Terperangkap oleh rebound permintaan, anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutu yang dikenal sebagai OPEC+, mengalami kesulitan meningkatkan produksi karena kurangnya investasi atau penundaan pemeliharaan akibat pandemi.

Penjualan publik pertama China atas cadangan minyak mereka hampir tidak bisa bertindak membatasi keuntungan karena PetroChina dan Hengli Petrochemical membeli empat kargo dengan total sekitar 4,43 juta barel.

Impor minyak India mencapai puncaknya dalam tiga bulan pada Agustus, rebound dari posisi terendah hampir satu tahun yang dicapai pada Juli, karena penyulingan di importir minyak mentah terbesar kedua menimbun untuk mengantisipasi permintaan yang lebih tinggi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya