Liputan6.com, Jakarta - Makin banyak negara yang mulai membuka perbatasannya untuk kunjungan wisatawan mancanegara. Hal ini mulai diberlakukan Nepal setelah pemerintah setempat memperkenalkan revisi protokol imigrasi pada Kamis, 23 September 2021.
Melansir Nepali Times, Selasa, 28 September 2021, perubahan kebijakan itu terjadi setelah hampir dua tahun tidak ada wisatawan asing yang datang dan berdampak kepada pemasukan dari sektor pariwisata. Nepal membebaskan wisatawan yang sudah divaksinasi dosis kedua maksimal 14 hari sebelum tanggal perjalanan dari kewajiban karantina.
Advertisement
Wisatawan juga akan mendapatkan visa pada saat kedatangan di Kathmandu. Sebelumnya, wisatawan harus mendapatkan visa dari Kementerian Luar Negeri Nepal dan dikarantina selama tujuh hari di hotel yang berada di Kathmandu dengan biaya sendiri.
Namun, wisatawan yang baru divaksinasi dosis pertama ataupun belum divaksinasi, mereka harus memiliki visa dari kedutaan Nepal dari negara asal mereka masing-masing atau di tempat lain. Mereka harus dikarantina selama sepuluh hari di hotel yang disetujui oleh pemerintah dan menunjukkan hasil tes PCR negatif sebelum bepergian.
Wisatawan yang masuk melalui jalur darat, kecuali orang India yang bebas visa, harus membawa visa mereka dari kedutaan besar Nepal. Mereka juga wajib menjalani tes antigen dengan hasil negatif di perbatasan Cina atau India.
"Pemerintah melihat tren penularan virus, infeksi, serta pengendalian COVID-19 untuk mengambil keputusan ini," ujar juru bicara Departemen Imigrasi, Jhanka Nath Dhakal.
"Masuknya turis yang telah divaksinasi lengkap menjadi lebih mudah karena mereka dapat menghindarinya banyaknya dokumen yang perlu diisi," tambah Dhakal.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Wajib Tes PCR
Meski begitu, para wisatawan harus menunjukkan hasil PCR negatif atau laporan tes lainnya yang dilakukan tidak lebih dari 72 jam sebelum penerbangan. Peraturan ini termasuk bagi wisatawan yang sudah melakukan vaksinasi secara lengkap sekalipun.
Wisatawan juga perlu membawa dokumen cetak berupa formulir kedatangan internasional di www.ccmc.gov.np ke imigrasi untuk ditukarkan dengan visa pada saat kedatangan. Penerapan protokol baru ini dikeluarkan walaupun Crisis Management Committee COVID-19 (CCMC) belum memiliki kedudukan hukum karena penetapannya sudah kedaluwarsa. Perseteruan politik di parlemen juga menjadi penyebab CCMC belum memiliki kedudukan hukum.
Industri pariwisata Nepal telah melobi dengan pemerintah untuk melonggarkan pembatasan. Jumlah kasus dan kematian di Kathmandu pun sudah menurun dan tingkat vaksinasi di sebagian tempat yang dikunjungi wisatawan meningkat.
Mereka berpendapat bahwa jutaan pekerjaan di sektor pariwisata sedang dipertaruhkan. Pasalnya, investor gagal untuk membayar pinjaman hotel, maskapai penerbangan, restoran, dan pemerintah kehilangan 800 juta dolar AS yang biasanya diperoleh dari sektor pariwisata selama setahun.
Advertisement
Kasus Covid-19 di Nepal
Hingga Juni 2021, Nepal berjuang mengatasi kasus Covid-19 yang terus meningkat di negara itu. Situasinya cukup genting lantaran ruangan di rumah sakit dan pasokan oksigen terbatas.
Dalam program Liputan6 Update edisi Senin, 7 Juni 2021, koresponden Liputan6.com asal Nepal Phuri Kitar mengonfirmasi hal tersebut.
"Situasi pandemi COVID-19 di Nepal sangat buruk. Banyak orang kesulitan mendapat ruangan di rumah sakit dan oksidgen," ujar pria yang juga penyintas COVID-19 tersebut.
Sejauh ini, Kitar menyebut pemerintah Nepal telah berupaya mengatasinya dan banyak pihak luar negeri yang memberikan bantuan, seperti Amerika Serikat, China dan lainnya. Kitar juga melaporkan bahwa Nepal memberlakukan masa penguncian (lockdown) untuk menekan angka penyebaran.
"Sejak dua hari lalu, toko-toko untuk membeli bahan kebutuhan dibuka dari pukul enam sampai sembilan pagi," ujar Kitar, saat itu. (Gabriella Ajeng Larasati)
Ancaman Klaster Covid-19 di Lokasi Wisata
Advertisement