Muhadjir Effendy: Stunting dan TBC Tak Hanya Terjadi pada Masyarakat Miskin

Stunting dan TBC tidak hanya terjadi pada masyarakat miskin.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 29 Sep 2021, 10:01 WIB
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI Muhadjir Effendy. (Dok Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI Muhadjir Effendy mengungkapkan, sebenarnya stunting dan tuberkulosis (TBC) tidak hanya terjadi di daerah yang menjadi kantong-kantong kemiskinan. Kendati, stereotip itu berkembang di lingkungan masyarakat.

“Dua-duanya ini berada dalam kategori tertentu, biasanya di lingkungan yang kumuh atau kantong-kantong kemiskinan. Akan tetapi, tidak selalu terjadi seperti itu," ungkap Muhadjir saat memberikan arahan Sosialisasi  Perpres No. 72 Tahun 2021 dan Perpres No. 67 Tahun 2021 Tentang Percepatan dan Penurunan Stunting dan Penanggulangan Tuberkulosis, Selasa (28/9/2021).

"Ada faktor-faktor di luar kekumuhan yang bisa menjadi penyebab stunting maupun TBC."

Salah satu yang dituding menjadi penyebab lahirnya generasi stunting, menurut Muhadjir, yaitu kurangnya pengetahuan remaja, khususnya remaja putri mengenai bahaya diet ekstrem.

Diet yang dijalani tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan akan menyebabkan seseorang menderita anemia. Remaja putri yang menderita anemia sangat berisiko jika kelak hamil dan mengandung buah hati calon generasi penerus bangsa.

“Walaupun dia bukan dari keluarga tidak mampu atau miskin, bahkan dari keluarga mampu, tapi karena masa remajanya kurang paham, kurang mendapatkan informasi yang cukup tentang bagaimana diet yang baik, maka terhadinya stunting,” terang Muhadjir.


Angka Stunting dan TBC di Indonesia

Muhadjir Effendy menambahkan, TBC juga tidak selalu terjadi pada seseorang dengan latar belakang keluarga mampu.

Yang terpenting adalah bekal pengetahuan dan pemahaman yang tepat tentang pentingnya mencegah stunting maupun TBC sejak dini.

“Dukungan dari Pemerintah daerah juga sangat penting. Strategi yang dilakukan harus melibatkan semua pihak, apalagi saat ini kita masih dihadapkan pada masalah pandemi COVID-19 yang tidak kalah menyedot perhatian kita semua,” tegasnya melalui keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com.

Berdasarkan data Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan, prediksi angka stunting tahun 2020 sebesar 26,92 persen.

Sementara itu, kasus TBC mengalami peningkatan signifikan sejak tahun 2017, dengan perkiraan 33 persen kasus masih belum terlaporkan. Angka keberhasilan pengobatan masih berada di angka 83 persen serta terdapat 11.463 kasus TBC resisten obat (TBC-RO).


Penduduk Miskin Indonesia

Penduduk Miskin Indonesia

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya