Liputan6.com, Jakarta - Kabupaten Lamandau berada di Provinsi Kalimantan Tengah. Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Kotawaringin Barat berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2002. Hari jadinya diperingati setiap 3 Agustus.
Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Kotawaringin Barat di sebelah timur dan Provinsi Kalimantan Barat dan Kabupaten Sukamara di sebelah barat. Lamandau juga berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Barat dan Kabupaten Kotawaringin Barat di sebelah utara, serta Kabupaten Sukamara dan Kotawaringin Barat di sebelah selatan.
Luas wilayahnya mencapai 6.414 kilometer persegi yang terbagi ke dalam delapan kecamatan. Pada 2020, jumlah penduduk Lamandau sebanyak 97.611 jiwa. Apa lagi fakta menarik tentang Lamandau? Simak rangkumannya yang dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber.
Baca Juga
Advertisement
1. Usulan Awal Bukan Lamandau
Pembentukan kabupaten ini diawali dengan pertemuan Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat dengan seluruh camat, tokoh masyarakat, dan tokoh pemuda dari Kabupaten Kotawaringin Barat pada 10 November 1999. Pertemuan ini diadakan dalam rangka sosialisasi tentang rencana Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat yang memekarkan wilayah menjadi dua.
Dalam pertemuan ini, Pemkab ingin untuk meningkatkan status daerah pembantu Bupati Sukamara menjadi Kabupaten Sukamara dengan ibu kota di Sukamara. Wilayah Kabupaten Sukamara meliputi Kecamatan Jelai, Balai Riam, Bulik, Lamandau, dan Delang. Tetapi, Kecamatan Bulik dan Delang tidak bersedia untuk menandatangani perjanjian tersebut.
Esoknya, anggota DPRD Kabupaten Kotawaringin Barat yang mewakili Kecamatan Bulik, Tommy Hermal Ibrahim, meminta kepada camat Bulik untuk membuat pernyataan penolakan bergabung dengan Kabupaten Sukamara. Ia pun mengusulkan pembentukan Kabupaten Lamandau.
Para tokoh masyarakat, pemuda, dan tokoh agama akhirnya berunding dan menyepakati bahwa Kabupaten Lamandau beribu kota di Nanga Bulik yang merupakan gabungan dari Kecamatan Bulik, Lamandau, dan Delang. Setelah permohonan kepada bupati hingga gubernur Kalimantan Tengah dari Desember 1999, akhirnya pada Agustus 2002, Kabupaten Lamandau resmi menjadi kabupaten baru di Provinsi Kalimantan Tengah.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
2. Bukit Keramat
Perbukitan Sebayan Bungsu berada di perbatasan antara Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat, sekitar 120 kilometer dari ibu kota Kabupaten Lamandau, Nanga Bulik. Terdapat tujuh bukit yang berada di Perbukitan Sebayan Bungsu.
Di antara ketujuh bukit ini, salah satu bukit dianggap keramat oleh masyarakat karena dianggap sebagai tempat tinggal para arwah dari orang yang sudah meninggal. Bukit ini bernama Bukit Sebayan Bungsu yang juga merupakan bukit dengan puncak tertinggi, kurang lebih 1.377 meter di atas permukaan laut.
Letaknya berada di hutan hujan tropis Kalimantan, medan untuk mendaki perbukitan ini cukup sulit. Namun, pemandangan di bukit ini masih tergolong asri.
Hingga kini, masyarakat masih menganggap bahwa bukit ini merupakan bukit surga. Konon, dahulu di Bukit Sebayan Bungsu terdapat sebuah perkampungan yang ramai dan indah, tetapi manusia tidak dapat melihatnya. Sering terdengar bunyi keramaian dari bukit ini, walau tidak ada seorang pun di sana.
3. Rumah Betang Ojung Batu
Rumah Betang Ojung Batu dulunya dikenal sebagai tempat kediaman seorang tokoh masyarakat kaya raya dan juga dianggap tetua adat bernama Omas Petinggi Kaya. Usia rumah ini hampir mencapai 1000 tahun.
Rumah Betang Ojung Batu tergolong sebagai rumah panggung yang memiliki ketinggian dari tanah hingga lantai sekitar dua sampai tiga meter. Rumah yang memanjang ke belakang ini bermaterial kayu ulin pada rangkanya, dinding asli berbahan kulit kayu, serta lantai yang terbuat dari bambu.
Terdapat banyak sekali tajau atau tempayan di rumah ini. Dahulu, ukuran tingkat kekayaan seseorang diukur dari banyaknya menyimpan tajau yang disebut pula sebagai balanga. Balanga berfungsi sebagai alat tukar. Masyarakat setempat menganggap orang yang memiliki balanga adalah orang terpandang.
Advertisement
4. Rumah Pusaka Dinding Tambi
Rumah Betang Dinding Tambi ini berumur 300 tahun. Lokasinya berada di Kecamatan Lamandau, Desa Tapin Bini. Arsitektur rumah ini berupa rumah panjang yang berdiri di atas panggung yang dilengkapi dengan teras dan tangga di depan pintu. Bahan dasar rumah ini yaitu kayu jati dan kayu bangkirai.
Dahulu, rumah ini berfungsi sebagai rumah adat untuk tempat diselenggarakannya upacara adat dan tempat berkumpulnya mantir atau kepala adat. Selain itu, pembangunan Rumah Dinding Tambi dimaksudkan untuk mengamankan atau melindungi sekelompok keluarga serta sebagai tempat musyawarah dalam memecahkan suatu masalah.
5. Batu Batanggui
Batu batanggui merupakan batu bulat berukuran besar dengan salah satu sisinya berbentuk seperti atap. Warga melihatnya mirip tangguy atau topi tradisional yang bisa melindungi diri dari panas dan hujan. Tangguy biasanya dipakai ketika bercocok tanam dan mencari ikan di sungai.
Batu ini dipercaya sebagai tempat untuk melatih diri agar mendapatkan kesaktian yang dapat melindungi diri dari segala ancaman dan tempat untuk bertapa untuk memperoleh kesaktian. Ukuran batu ini yaitu 7,357 x 5.085 x 8.057 meter.
6. Babukung
Babukung merupakan tari topeng tradisional khas Suku Dayak Tomun di Kabupaten Lamandau. Topeng yang digunakan dalam tarian ini memiliki ciri khas, yaitu berbentuk hewan tertentu yang disebut dengan Luha.
Para penari disebut sebagai Bukung yang biasanya berasal dari desa tetangga atau kelompok masyarakat. Pementasan Tari Babukung biasanya pada ritual adat kematian. Tujuannya untuk menghibur keluarga yang berduka sembari memberikan bantuan. Kini, Pemda Lamandau mengangkat Tari Babukung sebagai festival tahunan yang dapat dihadiri oleh hampir 1000 orang. (Gabriella Ajeng Larasati)
4 Risiko Mobilitas Saat Liburan
Advertisement