Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah Brent yang menjadi patokan internasional naik menjadi USD 80,69 (Rp 1,15 juta) per barel. Harga tersebut mencapai level tertinggi sejak Oktober 2018 di tengah krisis energi Eropa.
Para analis percaya harga minyak mentah dunia diprediksi terus meningkat karena adanya lonjakan permintaan dan pasokan yang terbatas.
Melansir dari BBC, Rabu (29/9/2021), perusahaan investasi Goldman Sachs mengatakan Brent bisa mencapai USD 90 (Rp 1,2 juta) per barel pada akhir tahun.
Baca Juga
Advertisement
Goldman memperingatkan kenaikan biaya input, harga gas yang lebih tinggi, dan pertumbuhan yang melemah kemungkinan akan membebani laba perusahaan Eropa untuk 2021.
"Ketika pertumbuhan melambat menjadi sulit bagi perusahaan untuk menanggung biaya input yang lebih tinggi, yang merupakan risiko utama untuk margin laba bersih," kata Goldman.
Hal tersebut terjadi karena mata uang pound sterling melemah terhadap dolar AS, di bawah USD 1,35 (Rp 19 ribu) di tengah kekhawatiran inflasi. Pasalnya, investor mencari tempat yang aman untuk dolar.
Lebih lanjut, Analis Mata Uang Nomura Jordan Rochester menjelaskan, “Meningkatnya kekhawatiran inflasi membuat aset berdenominasi sterling kurang menarik."
Diketahui harga West Texas Intermediate (WTI) juga mengalami peningkatan menjadi USD 75 (Rp 1 juta) per barel.
Permintaan Minyak Meningkat
Awal pandemi, harga minyak sempat merosot hingga di bawah nol untuk pertama kali dalam sejarah karena lockdown. Namun, permintaan minyak kembali meningkat dalam beberapa bulan terakhir setelah perekonomian di seluruh dunia mulai dibuka lagi.
Harga gas alam yang melonjak membuat minyak digunakan sebagai alternatif untuk pembangkit listrik yang relatif lebih murah. Alhasil, permintaan pun meningkat.
Perusahaan minyak terbesar di dunia, Vitol Group, memperkirakan permintaan global untuk minyak mentah meningkat menjadi 500 ribu barel per hari pada musim dingin ini.
“Demikian pula India sebagai importir minyak mentah terbesar kedua. Mereka meningkatkan impor minyak ke level tertinggi pada Agustus. Penyulingan mulai menyimpan persediaan karena mereka memproyeksikan adanya permintaan yang lebih tinggi ke depannya," ujar Kepala Analis Pasar Think Markets Naeem Aslam.
Selain Vitol Group, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) juga mengatakan akan ada lonjakan permintaan. Namun, perkiraannya sedikit lebih rendah dibandingkan Vitol Group yakni sekitar 370 ribu barel per hari.
Selama pandemi, beberapa anggota dari OPEC memangkas produksi minyak. Sejak saat itu, negara mengalami kesulitan untuk meningkatkan permintaan.
Advertisement
Pengaruhi Harga Bensin dan Solar
Minyak mentah digunakan dalam produksi bensin dan solar. Jadi, harga minyak mentah yang melonjak juga akan memengaruhi harga bensin dan solar.
Juru Bicara RAC Simon Williams berpendapat gambaran tersebut cukup suram bagi para pengemudi.
"Dengan harga minyak yang naik dan sekarang mendekati level tertinggi selama tiga tahun, harga grosir juga dipaksa naik. Ini berarti retailer harus membayar lebih dari beberapa waktu yang lalu untuk jumlah bahan bakar yang sama," katanya.
Reporter: Shania