Tantangan Penyediaan Kemasan Ramah Lingkungan yang Lebih Terjangkau untuk UMKM

Ekonomi sirkular akan bisa tercapai bila menyertakan UMKM sebagai bagian yang tidak terpisahkan.

oleh Asnida Riani diperbarui 30 Sep 2021, 12:02 WIB
Ilustrasi paket. Sumber foto: unsplash.com/RoseBox.

Liputan6.com, Jakarta - Rencana penerapan ekonomi sirkular tidak semata menyasar perusahaan-perusahaan besar. Dengan ekosistem bisnis yang juga diisi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menegah (UMKM), mereka pun tidak ditinggalkan dalam alternatif ekonomi linier tradisional tersebut.

Salah satu upayanya dilakukan GoTo yang 95 persen mitranya merupakan UMKM. "Fokus kami sekarang adalah bagaimana mengurangi kemasan sekali pakai," tutur Group Head of Sustainability-nya Tanah Sullivan dalam Green Economy Talks 2: Penerapan Circular Economy untuk Bisnis Berkelanjutan di Indonesia, Selasa, 28 September 2021.

Ia menyebut bahwa sekarang sudah ada mitra yang menggunakan kemasan paket lebih ramah lingkungan, namun itu masih minoritas. Ini masih masuk dalam solusi skala kecil, kata Tanah.

"Harus dipahami juga bahwa tantangan terbesar di sini adalah biaya (untuk menggunakan kemasan lebih ramah lingkungan) atau kemasan guna ulang masih cukup tinggi. Itu memberatkan mitra kami," ucapnya.

Sebagai langkah awal merancang kemasan lebih ramah lingkungan, pihaknya menginisiasi inventaris limbah bagi setiap mitra. "Selain kami juga terus mengedukasi tentang prinsip keberlanjutan dalam bisnis," kata Tanah. "Tidak hanya untuk merchant, tapi juga mitra driver."

Yang sudah berjalan dalam penerapan pengurangan limbah, yakni dalam layanan GoFood. Pelanggan diberikan pilihan untuk tidak memesan alat makan sekali pakai jika tidak dibutuhkan. Selain mengurangi sampah, inisiasi ini juga bisa membuat mitra merchant menghemat pengeluaran karena tidak mengalokasikan dana pada alat makan sekali pakai.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


2 Langkah Kunci

Green Economy Talks 2: Penerapan Circular Economy untuk Bisnis yang Berkelanjutan di Indonesia, 28 September 2021. (dok. tangkapan layar Zoom)

Tanah belum menyebut target pengurangan sampah kemasan dalam ekosistem GoTo, dalam hal ini tenggat waktu dan jumlah. Ia menyebut ada dua langkah kunci yang jadi fokus pihaknya sekarang yang masih berhubungan dengan inventaris limbah setiap mitra merchant.

"Pertama, kami harus memastikan bahwa kami punya data. Semua keputusan dalam bisnis berkelanjutan nantinya harus berdasarkan data," katanya.

Kemudian, karena pihaknya bukan perusahaan pembuat kemasan, mereka akan menggandeng mitra ahli untuk menangangani masalah tersebut. "Kami butuh konsultasi dengan yang lebih ahli untuk menemukan solusi kemasan lebih ramah lingkungan tanpa memberatkan cost produksi," ujar Tanah.

Pelibatan UMKM dalam ekonomi sirkular juga disinggung Direktur Lingkungan Hidup Kementerian PPN/Bappenas Medrilzam. Ia mengatakan, untuk sekarang, daur ulang masih jadi proses yang terus diperkenalkan pada pelaku UMKM.


Efisiensi Sumber Daya

Ilustrasi sampah plastik. (dok. Nick Fewings/Unsplash)

Namun demikian, Medrilzam tetap menekankan pada efisiensi sumber daya. "Jadi, bagaimana orang bisa menggunakan produk selama mungkin, tidak sekali pakai," tuturnya.

Analis Kebijakan Pusat Industri Hijau Kementerian Perindustrian Sri Gadis Pari Bekti menyambung, bimbingan teknis, baik secara langsung maupun melalui webinar, terus dilakukannya guna melibatkan UMKM dalam praktik ekonomi sirkular. Ini dilakukan melalui balai-balai besar mereka yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.

"(Selain penanganan limbah), fokus lainnya adalah pencegahan limbah oleh UMKM," katanya. Dalam pelaksanaannya, mereka membentuk sebuah standar operasional supaya pelaku usaha memahami indikator kategori pengusaha hijau.


Infografis Sampah Kemasan Produk Kecantikan

Infografis Sampah Kemasan Produk Kecantikan. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya