Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim mengaku bingung, terdapat pihak yang ingin penyelenggaraan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) dilakukan setelah selesai vaksinasi Covid-19.
Padahal menurut Nadiem, anak tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pihak yang paling terdampak dari pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Advertisement
Berdasarkan hasil riset, kata Nadiem, kedua jenjang sekolah ini secara konseptual paling terdampak pada kehilangan pembelajaran atau seolah tidak sekolah selama satu tahun akibat pandemi Covid-19.
"Risiko terbesar saat ini bukanlah risiko Covid, tapi risiko permanen satu generasi kehilangan pembelajaran, yang akan secara permanen mengalami bukan hanya ketinggalan perkembangan kognitif tetapi juga kondisi psikis," kata Nadiem saat berbincang dengan Liputan6.com, Rabu (29/9/2021).
Selain itu, Nadiem menyatakan bahwa mayoritas murid di Indonesia saat ini merupakan anak tingkat SD dan PAUD. Karena hal itu, dia meminta sekolah dapat menggelar PTM berdasarkan aturan yang telah ditetapkan pada SKB 4 Menteri.
"Itu hal yang harus dimengerti, yang paling butuh PTM nih PAUD dan SD, tapi di banyak daerah mereka paling terakhir (menggelar PTM)," ucapnya.
Orang Tua Murid Berhak Menentukan
Kendati begitu, dia menegaskan bahwa orang tua memiliki hak untuk memilih apakah anaknya mengikuti PJJ atau PTM.
"Sekarang sekolah buka dulu. Tidak memaksa kalau orang tua (tidak mengizinkan) mereka yang bisa memutuskan mereka siap tidak anaknya ke sekolah atau tidak," ujar Nadiem.
Sementara itu, Nadiem menyebut pihaknya bersama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terus mengejar pelaksanaan vaksinasi Covid-19 untuk para pendidik. Saat ini sebanyak 62 persen guru di Indonesia telah menerima vaksinasi dosis pertama.
"Sedangkan 40 persen (guru) sudah menerima lengkap. Harus kita kejar secara cepat," jelas dia.
Advertisement