Kisah Mistis Pohon Trunyan hingga Aroma Wangi sampai Pulau Jawa

Desa Trunyan berada di sisi Danau Batur, Kabupaten Bangli, Bali. Desa Trunyan terkenal dengan kuburan atau pemakaman uniknya, di mana jasad warga setempat hanya diletakkan tanpa dikubur di sana tanpa menimbulkan bau.

oleh Dewi Divianta diperbarui 30 Sep 2021, 18:00 WIB
Desa Trunyan, Bali. (funkybunkley/Instagram)

Liputan6.com, Denpasar - Desa Trunyan berada di sisi timur Danau Batur, Kabupaten Bangli, Bali. Desa Trunyan dikenal memiliki pemakaman unik sebagai lokasi tujuan wisata. Di sana, pengunjung bisa melihat pemandangan pemakamam yang cukup menyeramkan bagi yang tidak terbiasa melihatnya.

Di pemakaman Desa Trunyan kita akan melihat puluhan tengkorak berjejer rapi, dan jasad mayat-mayat warga yang baru meninggal hanya diletakkan begitu saja. Menariknya, meskipun hanya diletakkan tanpa dikubur atau diaben tempat itu tidak mengeluarkan bau apa pun. 

Pemandu wisata, Komang Gita bercerita kepada Liputan6.com konon pemakaman Desa Trunyan yang hanya meletakkan jasad warganya yang meninggal itu sudah dilakukan sejak zaman dahulu. Sesuai dengan namanya, Desa Trunyan yang berarti Taru Menyan (kayu wangi) dan sudah berusia ratusan tahun.

Dahulu, wangi pohon taru menyan itu tercium hingga Pulau Jawa. Menurut Komang Gita, dari cerita rakyat yang diketahuinya ada empat saudara dari daerah Surakarta, tiga laki-laki dan satu perempuan penasaran dengan aroma taru menyan tersebut. Kakak pertama mereka malah terpikat dengan kecantikan wanita penunggu taru menyan itu dan menikahinya.

 

Simak video pilihan berikut ini:


Berasal dari Pohon Taru Menyan

Harus menyeberangi Danau Bagtur untuk bisa sampai ke Desa Trunyan (Dewi Divianta/Liputan6.com)

Usai menikahi dewi penunggu pohon wangi tersebut, kakak sulung dan wanita yang baru dinikahinya itu lantas mendirikan kerajaan kecil. Sang raja memiliki peraturan agar rakyatnya yang baru meninggal diletakkan di sekitar pohon taru menyan. Rupanya hal itu untuk melindungi pohon itu agar tidak diketahui oleh orang di luar desa tersebut.

"Pohon ini (Taru Menyan) asal mula nama Desa Trunyan diambil dari nama Taru Menyan yang membuat mayat-mayat yang diletakkan di bawahnya tidak tercium bau busuk. Katanya itu biar wangi pohon ini tidak tercium orang di luar sana dan menjadi sasaran orang-orang jahat," katanya kepada Liputan6.com, Rabu (29/9/2021).

Komang Gita menyebut, walau disebut pemakaman, tapi tidak semua jasad orang meninggal bisa diletakkan di sana. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi jika ingin disemayamkan di kuburan Trunyan, di antaranya:

1. Pemakaman khusus bayi dan anak-anak

2. Pemakaman orang dewasa yang meninggal secara wajar

3. Pemakaman untuk jasad yang meninggal karena kecelakaan dan lain sebagainya.

Walaupun terkesan menyeramkan, tapi pemakaman Desa Trunyan malah menjadi lokasi favorit wisatawan untuk datang ke sana. Jika kalian ingin mencoba uji nyali, bisa langsung rencanakan berlibur ke desa itu.

Dari Kota Denpasar kamu cukup menyewa mobil lengkap dengan supirnya, dengan harga sewa Rp450 ribu selama 24 jam. Sesampainya di dermaga Kedisan, Danau Batur, Kecamatan Kintamani, Bangli di sana kalian bisa menyewa perahu seharga Rp100 ribu rupiah per orang dan menempuh sekitar 25 menit perjelanan menggunakan perahu menuju Desa Trunyan. Berani coba uji nyali ke pemakaman Desa Trunyan?

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya