Rights Issue BRI Kelebihan Permintaan Jadi Magnet Pasar Modal RI Bergairah

Analis menilai, saham BBRI akan mendorong sentimen positif dalam memacu potensi berlanjutnya aksi beli dari investor asing terutama pada kuartal IV 2021.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 29 Sep 2021, 20:24 WIB
Gedung BRI.

Liputan6.com, Jakarta - Pasar modal Indonesia bakal bergairah di tengah sentimen negatif dari luar negeri seiring keberhasilan proses rights issue PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI). Adapun rights issue BRI ini juga untuk membentuk holding ultra mikro.

Pengamat pasar modal yang juga Founder Indonesia Superstocks Community Edhi Pranasidhi menyampaikan hal tersebut. Ia mencontohkan, wall street merosot pada akhir perdagangan Selasa, 28 September 2021 yang timbulkan potensi masuknya aliran dana asing ke pasar modal Indonesia.

Salah satu yang menjadi daya tarik yaitu keberhasilan rights issue BRI. Hal ini karena aksi korporasi itu menjadi yang terbesar di Kawasan Asia Tenggara dan ketiga terbesar di Asia.

Ia menambahkan, investor yang melakukan subcribe saat rights issue BRI bukan hanya dari dalam negeri tetapi juga pialang asing. Dengan demikian ini menunjukkan iklim positif di pasar modal Indonesia untuk menarik minat pemodal asing masuk.

Edhi mengatakan, wall street jatuh karena harga obligasi 10 tahun turun sehingga aset berisiko tinggi seperti saham menjadi tidak menarik. Di sisi lain, kenaikan imbal hasil obligasi mengindikasikan investor menjual obligasi untuk mengantisipasi berkurangnya likuiditas dolar AS akibat bank sentral AS atau the Federal Reserve berpotensi mulai tapering pada November 2021.

"Ke mana larinya hasil uang penjualan bonds di AS? Pasti para investor di AS tidak akan mau uangnya diam karena akan tergerus inflasi. Mereka akan mencari return yang lebih besar ke emerging market,” kata dia seperti dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (29/9/2021).

Sebagai gambaran untuk pasar modal Amerika Serikat, indeks Dow Jones Industrial Average terpangkas 569,38 poin atau 1,63 persen, menetap di 34.299,99 poin. Indeks S&P 500 berkurang 90,48 poin atau 2,04 persen, berakhir di 4.352,63 poin. Indeks Komposit Nasdaq anjlok 423,29 poin atau 2,83 persendan ditutup pada 14.546,68 poin.

10 dari 11 sektor utama S&P 500 pun berakhir di zona merah. Bursa saham Asia Pasifik pun jatuh pada perdagangan Rabu pagi karena terdampak bursa AS tersebut.

Di Jepang, Nikkei 225 tergelincir 1,83 persen di awal perdagangan, sementara indeks Topix melemah 1,91 persen. Kospi Korea Selatan turun 1,77 persen. S&P/ASX 200 di Australia turun 0,32 persen Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang pun turun 0,32 persen.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Bakal Picu Aksi Beli Investor Asing

Karyawan mengambil gambar layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Sebanyak 111 saham menguat, 372 tertekan, dan 124 lainnya flat. (Liputan6.com/Johan Tallo)

 Analisis Edhi diamini oleh analis pasar modal yang juga Kepala Riset Praus Capital, Alfred Nainggolan.

Dia menuturkan, saat ini investor institusi memiliki rencana aksi beli yang cukup besar. Sebabnya, BRI termasuk dalam bank milik pemerintah yang memiliki performa dan potensi cukup baik dengan pengelolaan risiko yang masih terjaga.

Dia pun menyebut saham BBRI akan mendorong sentimen positif dalam memacu potensi berlanjutnya aksi beli dari asing khususnya pada kuartal keempat tahun ini. Terlebih BRI memiliki konsistensi performa kinerja sangat solid sepanjang kuartal ketiga tahun ini

"Sentimen saham Bank BUMN khususnya BBRI ke depan akan positif seiring dengan peningkatan aksi beli investor institusi di kuartal IV. Untuk target price BBRI di posisi Rp4.200 dengan price to book value 2,6 kali lipat," ujar dia.

Alfred mengatakan, pergerakan saham BBRI secara tidak langsung dikendalikan oleh momentum rights issue, dengan harga relatif murah yakni Rp3.400. Dia pun menekankan potensi kinerja Holding Ultra Mikro (UMi) yang didanai rights issue tersebut ke depan akan sangat kuat dalam mendongkrak saham BBRI.

Alfred pun mengacu pada kinerja PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM dan PT Pegadaian (Persero) sebagai anggota Holding UMi yang juga tak kalah positif dari BRI.

Dia menegaskan, pada tahun lalu laba kedua perseroan itu mencapai sekitar 12 persen-13 persen dari laba BRI pada tahun buku 2020. Artinya, ke depan keuntungan usaha yang dihasilkan PNM dan Pegadaian akan cukup signifikan mendongkrak perolehan laba BRI sebagai induk holding.

Faktor fundamental tersebut tentunya akan menjadi pertimbangan positif investor di pasar modal dalam mengapresiasi saham BBRI ke depan.

"Dengan ekspektasi keberhasilan sinergi maka kontribusi akan semakin meningkat dan mendorong pertumbuhan BRI ke depan. Pasca realisasi Holding UMi kami menargetkan valuasi BBRI berada di level 2,8 hingga 3,0 kali PBV," ujarnya.


Kepercayaan Investor Luar

Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG menguat 0,34 persen atau 21 poin ke level 6.296 pada penutupan perdagangan Senin (13/1) sore ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pada pembukaan pasar modal pada Rabu, 29 September 2021, Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi mengatakan rights issue BRI merupakan gambaran kepercayaan investor asing terhadap prospek ekonomi Indonesia.

"Antusiasme yang sangat tinggi dari para investor baik asing maupun lokal (saat rights issue BRI) merupakan bukti bahwa dunia luar masih percaya akan prospek ekonomi Indonesia saat ini dan di masa depan,” ujar dia.

Aksi korporasi itu menurut dia, mencatatkan sejarah baru dalam pasar modal Indonesia. Dengan jumlah HMETD yang telah di-exercise mencapai 28,2 miliar saham dan nilai transaksi mencapai Rp96 triliun. Dia mengamini Edhi bahwa rights issue yang dilakukan BRI tercatat sebagai yang terbesar di Indonesia, tertinggi di kawasan Asia Tenggara serta menduduki peringkat 3 tertinggi di Asia.

Bahkan masuk 7 besar di seluruh dunia sejak 2009. Hal itu menurut dia, suatu pencapaian yang sangat membanggakan terutama di tengah kondisi ekonomi yang menantang akibat pandemi COVID-19. Kesuksesan rights issue, lanjut dia, tentunya berkat upaya dan kerja keras manajemen BRI dalam menjaga kinerja dan fundamental perusahaan.

Inarno mengatakan, hingga kini, sejak Februari 2005 BBRI juga masuk LQ45, BBRI juga termasuk perusahaan dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia serta menjadi saham yang paling aktif ditransaksikan berdasarkan nilai

"Dengan adanya rights issue ini dan potensi bisnis yang besar karena terdorong Holding BUMN Ultra MIkro, saham BBRI tentu akan bertambah menarik dan meningkatkan optimisme investor untuk terus mengapresiasi saham BBRI,” ujarnya optimistis.

Dia pun berharap dengan dana yang dihimpun perseroan dapat lebih mengembangkan ekosistem ultra mikro nasional untuk mengakselerasi ekonomi kerakyatan demi mencapai kesejahteraan bersama

Dalam kesempatan yang sama Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan rights issue untuk pembentukan Holding Ultra Mikro ini mengalami oversubscribe 1,53 persen. Pihaknya menjanjikan kepada pemegang saham melalui Holding UMi akan memberikan kepastian sumber pertumbuhan baru yang sustain di masa kini dan juga masa depan.

"Sehingga bagi publik, pasti akan menikmati peningkatan, seluruh proses peningkatan economic value yang dibentuk oleh ekosistem ini,” kata dia.

Oleh karena itu Sunarso berterimakasih kepada para investor yang mempercayai BRI sebagai tempat untuk menumbuh kembangkan investasinya. Hal ini, lanjut dia, akan menggairahkan situasi yang penuh tantangan di tengah pandemi Covid-19.

“Kita rasanya seperti kaya dapat angin segar, udara segar kemudian untuk tetap optimis bahwa ekonomi kita akan bisa bangkit dan dipercaya pula oleh investor baik domestik maupun global. Kami komit untuk memenuhi aspirasi ini,” ujar dia

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya