Bursa AS Menguat Usai Saham Teknologi Terhempas Kenaikan Suku Bunga

Di bursa AS, Dow dan S&P 500 beringsut lebih tinggi selama perdagangan reguler.

oleh Nurmayanti diperbarui 30 Sep 2021, 06:27 WIB
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, Jakarta Bursa berjangka Amerika Serikat (AS) atau wall street beringsut lebih tinggi, setelah saham teknologi melemah lagi karena investor mencerna dampak dari kenaikan tingkat suku bunga yang lebih tinggi.

Melansir laman CNBC, kontrak berjangka Dow Jones Industrial Average naik 81 poin, atau 0,24 persen. Sementara indeks S&P 500 berjangka naik 0,24 persen, dan Nasdaq 100 berjangka naik 0,24 persen.

Dow dan S&P 500 beringsut lebih tinggi selama perdagangan reguler. Sebanyak 30-saham Dow naik sekitar 90 poin untuk sesi positif kelima dalam enam terakhir, sementara S&P 500 naik 0,16 persen, memecahkan penurunan beruntun 2 hari.

Sementara Nasdaq Composite, turun 0,24 persen mencapai sesi negatif keempat berturut-turut. Sektor teknologi turun lagi pada hari Rabu dan sekarang susut 4 persen untuk minggu ini, menjadikan S&P dengan kinerja terburuk.

Penurunan saham teknologi terjadi karena imbal hasil Treasury 10-tahun mencapai posisi tertinggi sebesar 1,56 persen, setelah naik menjadi 1,567 persen pada hari Selasa.

Pergerakan yang lebih tinggi menekan saham teknologi karena membuat arus kas masa depan yang dijanjikan terlihat kurang menarik.

 


Laporan Ekonomi

Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Investor juga memantau berita utama terbaru dari Washington. Pada Rabu DPR meloloskan RUU yang akan menangguhkan plafon utang AS setelah Menteri Keuangan Janet Yellen mengatakan kepada Ketua DPR Nancy Pelosi sebelumnya jika Kongres memiliki waktu hingga 18 Oktober untuk menaikkan atau menangguhkan plafon utang.

Namun, Partai Republik di Senat mengatakan mereka akan menolak undang-undang tersebut.

"Sementara dinamika politik tetap tidak merata, kami berpikir bahwa negosiasi plafon utang AS akan berhasil pada waktunya dan penutupan pemerintah AS dapat dihindari," kata UBS Selasa malam dalam sebuah catatan.

"Secara keseluruhan, kasus dasar kami masih membayangkan pertumbuhan ekonomi yang solid dan pengetatan kondisi moneter secara bertahap," tambah perusahaan itu. Berdasarkan proyeksi ini, UBS menyarankan investor untuk memilih ekuitas daripada obligasi.

Semua rata-rata indeks utama berada di zona merah untuk minggu ini. Dow berada di jalur untuk minggu negatif keempat dalam lima terakhir.

Sementara indek S&P dan Nasdaq Composite berada di jalur untuk minggu terburuk sejak Februari.

Wells Fargo memperkirakan jika kemunduran akan terjadi. "Ini adalah penetapan harga ulang risiko yang normal berdasarkan biaya modal yang lebih tinggi dan ketidakpastian pasar yang lebih besar," kata perusahaan itu Rabu dalam sebuah catatan.

Di sisi data, klaim pengangguran akan dirilis. Biro Analisis Ekonomi juga akan merilis perkiraan ketiga untuk PDB kuartal 2 pada hari Kamis.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya