Dewan Keamanan PBB Dijadwalkan Akan Bertemu Bahas Situasi Korea Utara

Pembicaraan antara Korea Utara dan Amerika Serikat sebagian besar terhenti sejak ambruknya Konferensi antar kedua negara di Hanoi.

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Okt 2021, 08:02 WIB
Ilustrasi (iStock)

Liputan6.com, New York City - Para anggota Dewan Keamanan PBB, pada Kamis (30/9), dijadwalkan akan bertemu untuk membahas situasi terkini di Korea Utara, demikian seperti disampaikan oleh para diplomat, setelah Pyongyang mengakui telah melakukan uji coba rudal luncur hipersonik terbaru.

Uji coba ini merupakan kemajuan nyata teranyar dalam perkembangan teknologi senjata Korea Utara, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Jumat (30/9/2021).

Kantor berita AFP melaporkan pertemuan yang diselenggarakan atas permintaan Amerika Serikat (AS), Inggris dan Prancis itu diperkirakan akan berlangsung secara tertutup.

Sementara itu pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, dilaporkan mengecam tawaran dialog yang disampaikan oleh AS sebagai tawaran palsu dan menuduh pemerintahan Joe Biden melanjutkan kebijakan yang bermusuhan terhadap negaranya.

Pembicaraan antara Pyongyang dan Washington sebagian besar terhenti sejak ambruknya Konferensi antar kedua negara di Hanoi.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Gagalnya KTT AS-Korut di Hanoi

Sejumlah rudal ditembakkan sub-unit artileri jarak jauh Tentara Rakyat Korea saat latihan militer di lokasi yang dirahasiakan pada hari Senin (2/3/2020). Peluncuran itu pertama dilakukan Korea Utara selama lebih dari tiga bulan terakhir. (Korean Central News Agency/Korea News Service via AP)

Kala itu, Kim Jong-un dan Presiden Donald Trump bertemu untuk membahas mengenai keringanan sanksi terhadap Korea Utara dan apa yang bersedia dilakukan oleh Korea Utara sebagai imbalan atas keringanan tersebut.

Dalam beberapa bulan terakhir, Amerika telah berulang kali menawarkan untuk bertemu dengan perwakilan Korea Utara di mana saja, kapan saja, tanpa prasyarat, sambil mengatakan akan terus mengupayakan denuklirisasi.

Tetapi Kim mengutuk deklarasi itu "tidak lebih dari topeng belaka untuk menutupi penipuan dan tindakan permusuhan dan perpanjangan kebijakan permusuhan dari pemerintahan masa lalu", demikian dilaporkan oleh Rodong Sinmun, surat kabar resmi Korea Utara.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya