Liputan6.com, Jakarta Kondisi telinga yang berdengung biasa disebut tinnitus. Ini adalah sensasi mendengar suara tanpa adanya sumber eksternal. Bunyinya dapat berupa dering, siulan, dengungan, atau suara yang lebih kompleks.
Selain tinnitus, ada pula kondisi telinga lain yang disebut tinnitus pulsatile. Istilah tersebut merujuk pada kondisi yang ditandai dengan suara pendengaran berdetak seiring dengan denyut nadi. Keadaan ini mudah dideteksi dengan merasakan suara yang terdengar berbarengan dengan denyut nadi.
Baca Juga
Advertisement
Menurut dr. Muhammad Iqbal Ramadhan dari Klikdokter, sebenarnya suara detak jantung itu adalah bunyi dari peredaran darah atau arteri di sekitar area telinga.
Penyebab Tinnitus Pulsatile
Iqbal menambahkan, banyak hal yang dapat menjadi penyebab tinnitus pulsatile di antaranya:
Hipertensi
Hipertensi yang menyebabkan tinnitus pulsatile paling sering dialami oleh wanita muda atau mereka yang kelebihan berat badan. Namun, kondisi ini bisa dialami oleh siapa saja, baik wanita maupun pria.
“Sebelum mendengar bunyi irama atau detak jantung di telinga, biasanya akan ada gejala sakit kepala, penglihatan buram,” ucap Iqbal mengutip Klikdokter, Jumat (1/10/2021).
Tumor di Kepala atau Leher
Tumor di kepala atau di sekitar leher biasanya memang menyebabkan perkembangan pembuluh darah di sekitar area tersebut, sehingga aliran darah menjadi tidak normal.
“Tumor di kepala atau leher yang menyebabkan tinnitus pulsatile biasanya bersifat jinak.”
Hipertiroid
Peningkatan aliran darah ke seluruh tubuh dapat terjadi pada orang yang sedang olahraga berat atau hamil. Kondisi ini pun dapat terjadi pada pasien anemia parah atau ketika kelenjar tiroid terlalu aktif (hipertiroidisme).
“Hipertiroidisme menyebabkan aliran darah mengalir dengan cepat, kemudian menimbulkan suara-suara. Itu yang menyebabkan adanya sensasi terdengar detak jantung di sekitar telinga,” jelas Iqbal.
Advertisement
Gangguan Pendengaran
Tinnitus pulsatile juga bisa disebabkan oleh gangguan pendengaran, misalnya akibat gendang telinga yang pecah.
“Gendang telinga pecah cenderung membuat orang lebih mudah atau sensitif mendengar suara yang ada di sekitar tubuhnya,” tutur Iqbal.
Apabila disebabkan oleh gangguan pendengaran, maka cara mengatasinya adalah dengan terapi suara.
“Terapi suara untuk mengatasi kepekaan telinga, misalnya dengan cara mendengarkan suara yang berasal dari lingkungan sekitar.”
Misalnya, suara radio, televisi, atau generator suara khusus penghasil white noise yang dapat mengurangi gangguan akibat suara pada telinga, pungkasnya.
Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta
Advertisement