Liputan6.com, Kabul - Juru bicara Taliban menegur Amerika Serikat (AS) karena drone negara tersebut dituding melanggar ruang udara Afghanistan. Tindakan AS juga dikatakan tak sesuai komitmennya pada perjanjian yang dibuat di Doha.
"(Drone itu) baru-baru ini melakukan pelanggaran semua hukum internasional dan komitmen-komitmen AS terhadap Emirat Islam di Doha, Qatar," ujar Wakil Menteri Informasi dan Budaya, Zabihullah Majid dilaporkan Tolo News, Jumat (1/10/2021).
Advertisement
Dalam pernyataan via Twitter itu, Zahibullah juga menyebut bahwa ruang udara Afghanistan adalah sesuatu yang sakral.
Ia lantas meminta agar pelanggaran itu diperbaiki dan dicegah.
Ucapan Zahibullah itu muncul setelah Amerika Serikat berkata tak butuh kooperasi Taliban dalam hal pemberantasan terorisme. Juru bicara Kementerian Pertahanan AS, John Kirby, menyebut saat ini tak ada persyaratan untuk meminta izin udara Taliban.
"Serangan kontra-terorisme ke depannya tidak akan bergantung kepada perizinan tersebut," ujar John Kirby.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Influencer Anti-Taliban Tutup Akun
Sebelumnya dilaporkan, kehadiran Taliban membuat para influencer anti-Taliban memilih pergi dari negaranya. Pasukan Taliban dikhawatirkan akan balas dendam.
Dilaporkan BBC, Selasa (28/9/2021), tindakan menghapus rekam jejak medsos ini dilakukan karena mereka tak percaya dengan janji amnesti dari Taliban. Terlebih lagi, Taliban juga mengakui ada tindakan pembunuhan balas dendam yang dilakukan pasukan mereka.
Salah seorang influencer yang menutup akunnya adalah Fida yang berada di Kabul. Ia kerap mengkritik kebijakan dan perilaku Taliban, namun ia memilih menghapus semua akun medsos miliknya.
Fida juga berkata namanya masuk ke dalam daftar tembak Taliban. Beruntung, ia kini mendapat suaka ke luar negeri.
"Saya lebih baik mati ketimbang hidup di sini sekarang," ucapnya.
Advertisement