Liputan6.com, Jakarta - JPMorgan sudah mulai begerak rencanakan opsi sebagai antisipasi potensi gagal bayar utang (default) Amerika Serikat.
CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon mengungkapkan, pihaknya harus siapkan potensi default AS. Walaupun sangat berharap Kongres untuk menghindarinya dengan mengangkat debt celling (batas tertinggi utang).
Dimon mengungkapkan, JPMorgan telah memulai perencanaan skenario kemungkinan default dan efeknya. Yang mana dapat mempengaruhi pasar keuangan, rasio modal, kontrak klien dan kredit AS. Dengan indikasi, bank akan lakukan panggilan dalam waktu dekat sebelum debt celling.
Baca Juga
Advertisement
"Saya berpikir semua ini salah dan suatu hari kita harus memiliki RUU bipartisan dan menyingkirkan debt celling. Ini semua politik,” ujar Dimon kepada Reuters, dilansir dari laman CNN, ditulis Jumat (1/10/2021).
Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan kepada anggota parlemen pada Selasa, 21 September 2021, pemerintah federal akan kehabisan uang tunai dan tindakan luar biasa akan terjadi pada 18 Oktober 2021. Pada saat itu akan menetapkan panggung untuk potensi default jika Kongres tidak menaikkan debt ceiling sebelum itu.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Menyisir Kontrak Klien
Sementara itu, JPMorgan pun sedang menyisir kontrak klien untuk mempersiapkan potensi
default.
"Seingat saya, terakhir kali kami (JPMorgan) berisap untuk ini dengan menghabiskan USD 100 juta atau sekitar Rp 1,43 triliun (estimasi Rp 14.305 per dolar AS)," ujar Dimon.
Sayangnya, JPMorgan menolak berkomentar lebih lanjut mengenai persiapan ini. Di sidang awal tahun ini, Dimon bercerita selama debat debt celling sebelumnya bank menghabiskan waktu dan uang untuk menyelidiki apa arti default AS.
“Saya tidak mempelajari lagi hal itu,” kata Dimon kepada anggota Parlemen AS.
Reporter: Ayesha Puri
Advertisement