Liputan6.com, Jakarta Ambassador of the Republic of Finland to the Republic of Indonesia/ASEAN Mr. Jari Sinkari mengatakan, setiap perempuan memiliki hak untuk membuat keputusan tentang tubuhnya sendiri.
Hak kesehatan reproduksi dan hak seksual adalah prioritas dan perlu menjadi komitmen utama. Pasalnya, pemenuhan hak ini dapat berpengaruh pada penurunan risiko stunting.
“Sekitar 100 tahun yang lalu kematian anak di Finlandia berada di bawah tingkat negara-negara kurang berkembang saat ini,” kata Jari dalam seminar daring Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dikutip Jumat (1/10/2021).
Baca Juga
Advertisement
“Berdasarkan pengalaman kami sendiri, kami merasa bahwa memastikan layanan hak seksual dan kesehatan reproduksi bagi semua orang bukan hanya hal yang benar untuk dilakukan bagi individu tetapi juga hal yang cerdas untuk dilakukan demi kesejahteraan seluruh bangsa,” sambungnya.
Terkendala Pandemi
Jari menambahkan, pelayanan terkait kesehatan reproduksi dan keluarga berencana merupakan komponen kunci untuk meningkatkan kesehatan ibu dan mengurangi stunting pada anak.
Pengurangan sumber daya kesehatan reproduksi selama pandemi COVID-19 memiliki efek buruk. Maka dari itu, menyediakan layanan berkualitas tinggi dan non-diskriminatif untuk kesehatan, hak seksual dan reproduksi harus menjadi prioritas dalam pemulihan pasca pandemi.
“Ini sangat penting bagi mereka yang berada di posisi terpinggirkan dan rentan, misalnya perempuan dan anak perempuan penyandang disabilitas.”
Advertisement
Pemenuhan Nutrisi
Dalam acara yang sama Director for Europe Affairs II Ministry of Foreign affair Republic of Indonesia Winardi H. Lucky mengatakan bahwa pencegahan stunting dimulai dari pemenuhan nutrisi yang optimal.
Nutrisi sangat penting untuk kesuksesan Sustainable Development Goals (SDGs). Nutrisi yang optimal merupakan salah satu indikator untuk mengatasi kelaparan.
Namun, pandemi COVID-19 benar-benar berdampak negatif pada mata pencaharian keluarga. Ini mengganggu akses ke makanan bergizi yang terjangkau, mengganggu layanan nutrisi penting, dan berdampak negatif pada praktik pemberian makan anak.
Senada dengan Windardi, Plt. Deputi Pengendalian Penduduk BKKBN Dwi Listyawardani menambahkan bahwa memastikan gizi yang tepat adalah kunci untuk mengoptimalkan kesehatan anak perempuan, wanita hamil, ibu, dan bayi lahir.
Dengan demikian, intervensi harus direncanakan sesuai dengan siklus hidup manusia, termasuk pra-kehamilan, katanya.
Gizi yang tidak memadai untuk ibu hamil dapat berdampak buruk pada ibu dan anak, seperti kematian ibu, kelahiran prematur, keguguran, kekurangan gizi dan risiko kesehatan lainnya termasuk stunting.
“Oleh karena itu, intervensi sejak dini yang menargetkan remaja putri sangat penting terlebih mereka yang dalam posisi rentan,” pungkasnya.
Infografis Stunting, Ancaman Hilangnya Satu Generasi
Advertisement