Liputan6.com, Jakarta Pemerintah tengah waspada dalam mengantisipasi potensi terjadinya tapering off yang dilakukan Amerika Serikat melalui The Fed. Pengurangan stimulus moneter dilakukan saat perekonomian sedang terancam dan membutuhkan banyak suntikan dana likuiditas.
Ekonom UOB, Enrico Tanuwidjaja mengatakan dampak tapering yang mungkin terjadi diperkirakan tidak akan begitu besar dari yang pernah terjadi di tahun 2013. Namun tetap dirasakan beberapa sektor tertentu di Indonesia.
Advertisement
"Biasanya ada beberapa sektor yang terdampak tapering, tapi memang tidak akan sebesar pada 2013 lalu," kata Enrico dalam Taklimat Media, Jakarta, Jumat (1/10/2021).
Enrico mengatakan tapering akan berdampak pada kenaikan suku bunga dan pemelamah rupiah. Dari dua hal ini akan ada sektor-sektor yang terdampak langsung.
"Faktornya ini karena ada kenaikan suku bunga dan pelemahan rupiah," kata Enrico.
Sektor pertambangan akan menjadi sensitif karena pelemahan rupiah karena dalam transaksinya menggunakan mata uang dolar. Sektor konstruksi juga sangat sensitif terhadap kenaikan suku bunga.
Sementara itu, sektor ritel menjadi yang paling terdampak karena sensitif terhadap kenaikan suku bunga dan pelemahan rupiah. "Yang sensitif keduanya (kenaikan suku bunga dan pelemahan rupiah) ini ritel," kata dia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pemberdayaan UMKM
Maka, langkah tepat yang bisa dilakukan kata Enrico, Indonesia tidak lagi menjadi negara pengimpor produk maupun bahan baku.
Sebaliknya, pemberdayaan UMKM menjadi alternatif untuk memperkuat basis pertumbuhan ekonomi sebagai sumber pertumbuhan domestik.
"Makanya pemberdayaan UMKM ini sangat penting untuk perkuat pemulihan ekonomi nasional yang berbasis local straigth," kata dia mengakhiri.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Advertisement