Liputan6.com, Tokyo - Putri Mako dari Jepang dikabarkan terkena post-traumatic stress disorder/PTSD (gangguan stress pasca-trauma). Ia terkena PTSD akibat komentar-komentar kejam terkait hubungannya.
Dilaporkan Kyodo, Jumat (1/10/2021), hal itu diungkap oleh keluarga kekaisaran Jepang. Putri Mako terkena PTSD karena komentar-komentar abusif yang menyerang masalah keuangan di keluarga tunangannya, Kei Komuro.
Psychology Today menjelaskan bahwa PTSD adalah rasa stres dan trauma yang diakibatkan suatu peristiwa kepada seseorang. Efeknya sangatlah negatif kepada psikologis dan emosi dari orang itu, meski peristiwa yang memicu PTSD sudah lama berlalu.
Hubungan asmara Putri Mako menjadi sorotan karena Kei Komuro merupakan rakyat biasa. Keduanya bertemu saat kuliah pada 2012. Namun, kontroversi muncul karena masalah uang antara ibu Komuro dan mantan tunangannya.
Baca Juga
Advertisement
Ibu dari Komuro dituntut mantan tunangannya karena masalah uang yang mencapai 4 juta yen (sekitar Rp 500 juta). Uang itu turut digunakan untuk pendidikan Komuro. Pihak keluarga Komuro mengira uang itu adalah hadiah, tetapi ternyata kembali dipermasalahkan.
Akibatnya munculnya kabar itu, pernikahan Komuro-Mako harus ditunda dari seharusnya pada 2018.
Putri Mako merupakan anak dari Pangeran Fumihito yang merupakan calon kaisar Jepang. Pangeran Fumihito merestui pernikahan itu, namun meminta agar sengketa uang itu perlu diselesaikan.
Komuro lantas mengeluarkan pernyataan bahwa dirinya siap melunasi utang dari mantan tunangan ibunya itu.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pernikahan Digelar Oktober
Setelah cukup lama tertunda, Kei Komuro akan menikahi Putri Mako pada 26 Oktober 2021.
Berdasarkan aturan kekaisaran, Putri Mako harus melepas jabatannya sebagai putri karena menikahi rakyat biasa. Putri Mako menerima keputusan tersebut.
Putri Mako juga kabarnya menolak menerima uang dari pemerintah Jepang saat meninggalkan keluarga kekaisaran. Uang itu biasanya diberikan agar anggota keluarga kekaisaran bisa tetap menjaga martabatnya ketika meninggalkan gelarnya.
Sementara, Komuro memilih karier di jalur hukum. Usai lulus S1, ia lanjut menuntuti ilmu di sekolah hukum di Universitas Fordham, New York.
Pemuda milenial itu sudah lulus, dan kini berusaha menjadi pengacara.
Advertisement