SMRC: Mayoritas Masyarakat Menilai Pancasila Rumusan Terbaik, Tak Boleh Diubah

Walaupun 10 persen publik menganggap Pancasila buatan manusia dan karena itu mungkin ada kekurangan, sejauh ini paling pas bagi kehidupan di Indonesia yang lebih baik.

oleh Yopi Makdori diperbarui 01 Okt 2021, 15:40 WIB
Salah satu kerajinan lambang Garuda Pancasila di bengkel rumahan, Jakarta, Kamis (13/8/2020). Menko bidang Perekonomian Airlangga Hartanto memaparkan anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dalam bentuk bantuan bagi UMKM tercatat Rp32,5 triliun per 3 Agustus 2020. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) menyebut, 82 persen masyarakat Indonesia menganggap Pancasila merupakan rumusan terbaik. Untuk itu publik menilai tidak ada urgensi untuk mengubahnya.

Hal itu disampaikan Manajer Program SMRC Saidiman Ahmad pada rilis survei SMRC, Jumat (1/10/2021).

"Dan kita melihat bahwa ada 82 persen yang memilih atau setuju dengan pandengan bahwa Pancasila adalah rumusan terbaik dan tidak boleh diubah atas alasan apa pun bagi Indonesia yang lebih baik," beber dia.

Sementara itu, 10 persen publik menganggap, walaupun Pancasila buatan manusia karena itu mungkin ada kekurangan, sejauh ini paling pas bagi kehidupan di Indonesia yang lebih baik.

"Yang berpendapat bahwa Pancasila sebagai besar harus diubah untuk membuat Indonesia lebih baik itu hanya 2 persen. Dan ada 1 persen yang setuju dengan pandangan bahwa beberapa sila dari Pancasila perlu diubah atau dihapuskan untuk membuat Indonesia lebih baik," kata Saidiman.

Dan 5 persen sisanya menjawab tidak tahu atau memilih tidak menjawab. Angka tersebut, menurut Saidiman menunjukkan bahwa komitmen masyarakat Indonesia terhadap Pancasila masih tinggi.

"Secara umum komitmen warga terhadap Pancasila sangat tinggi, mayoritas warga menilai Pancasila adalah rumusan terbaik dan tidak boleh diubah atas alasan apa pun bagi Indonesia yang lebih baik. Jadi saya kira kalau ada satu kelompok yang mau mengubah Pancasila dia berhadapan dengan mayoritas publik Indonesia," pungkas Saidiman.


Metodologi survei

Anak-anak melihat lambang burung Garuda Pancasila di Kampung Pancasila, Karang Tengah, Kota Tangerang, Selasa (1/6/2021). Kegiatan tersebut antara lain seperti gotong royong membersihkan kampung dan sosialisasi penanaman nilai Pancasila kepada warga . (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Survei SMRC dilakukan pada 15-21 September 2021. Populasi survei adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.

Dari populasi itu dipilih secara random (multistage random sampling) 1.220 responden dengan response rate (responden yang dapat diwawancarai secara valid) sebesar 981 atau 80 persen.

Sebanyak 981 responden ini yang dianalisis. Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 3,19 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen (asumsi simple random sampling). Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih.

Saidiman mengaku bahwa quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20 persen dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti.

 


3 Tips Atasi Fobia Jarum Suntik Sebelum Vaksinasi Covid-19

Infografis 3 Tips Atasi Fobia Jarum Suntik Sebelum Vaksinasi Covid-19. (Liputan6.com/Niman)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya