Dilanda Konflik, Lebih dari 2.000 Fasilitas Kesehatan di Afghanistan Ditutup

Sistem kesehatan di Afghanistan berada di ambang kehancuran.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 03 Okt 2021, 18:51 WIB
Petugas kesehatan mengenakan alat pelindung menunggu untuk memeriksa penumpang selama penyaringan pelancong dari China, di Bandara Internasional Hamid Karzai, Kabul, Afghanistan (3/2/2020). Jumlah korban akibat virus corona melonjak menjadi 426 orang. (AP Photo/Rahmat Gul)

Liputan6.com, Kabul - Sistem kesehatan Afghanistan berada di ambang kehancuran, seorang pejabat tinggi Palang Merah memperingatkan pada Kamis (30/9). Ia mengatakan lebih dari 2.000 fasilitas kesehatan telah ditutup di seluruh negara yang dilanda konflik itu.

Dilansir dari laman Channel News Asia, Jumat (1/10/2021), Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) memperingatkan bahwa kurangnya dana telah mendorong sistem kesehatan Afghanistan ke ambang kehancuran.

"Orang-orang mungkin setuju untuk bekerja tanpa gaji selama beberapa minggu lagi," Alexander Matheou, direktur Asia Pasifik IFRC, mengatakan pada konferensi pers di Kabul.

"Tapi begitu obat-obatan benar-benar habis, jika Anda tidak bisa menyalakan lampu, jika Anda tidak punya apa-apa untuk ditawarkan kepada seseorang yang datang ke klinik Anda, maka mereka akan menutup pintunya."

Akibat perang yang berlangsung selama hampir empat dekade, ekonomi Afghanistan telah terhenti sejak pengambilalihan Taliban bulan lalu, di tengah sanksi dan penghentian bantuan asing.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Dampak Perang

Seorang petugas kesehatan mengenakan alat pelindung menunggu untuk memeriksa penumpang selama penyaringan pelancong dari China, di Bandara Internasional Hamid Karzai, Kabul, Afghanistan (3/2/2020). Afghanistan perketat pengawasan di bandara terkait virus corona. (AP Photo/Rahmat Gul)

Berbagai insiden perang telah sangat merugikan sektor kesehatan, yang terutama dijalankan oleh LSM dengan dana internal sebelum Taliban berkuasa.

"Lebih dari 2.000 fasilitas kesehatan telah ditutup," kata Matheou kepada AFP di akhir kunjungan empat hari ke Afghanistan.

Lebih dari 20.000 petugas kesehatan di negara itu tidak lagi bekerja, atau bekerja tanpa dibayar, katanya. Sementara, lebih dari 7.000 di antaranya adalah perempuan.

Organisasi Kesehatan Dunia memperingatkan pekan lalu bahwa kurang dari seperlima fasilitas kesehatan negara itu tetap berfungsi penuh, dengan dua pertiga di antaranya telah kehabisan obat-obatan esensial.

Hal ini bisa berdampak buruk, termasuk untuk respon terhadap pandemi COVID-19.

Di negara di mana hanya sekitar 1 persen orang yang telah menerima vaksin, lebih dari 1 juta dosis sedang menunggu untuk didistribusikan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya