BNPT: Waspadai Kelompok Radikal yang Berusaha Kaburkan Fakta Sejarah

Direktur BNPT menjelaskan radikalisme dan ekstremisme yang mengatasnamakan agama adalah paham yang dibangun di atas manipulasi dan distorsi agama.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Okt 2021, 16:28 WIB
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Boy Rafli Amar. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid meminta masyarakat mewaspadai kelompok radikal dan intoleran yang berusaha menyusupi generasi muda dengan cara mengaburkan fakta sejarah bangsa Indonesia.

"Kaum radikal dan intoleran kerap berusaha menghilangkan atau mengaburkan sejarah bangsa ini agar para pemuda Indonesiai tidak punya kebanggaan terhadap bangsanya," ujar Ahmad dalam keterangan pers BNPT yang diterima Antara, Sabtu (2/10/2021). 

Hal ini ungkap Ahmad dalam "Dialog Kebangsaan: Peringatan Hari Kesaktian Pancasila" di Pendopo Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Jumat, 1 Oktober kemarin. 

Lebih lanjut dia menyampaikan, paham radikal yang selama ini memfitnah agama dengan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan suri teladan ajaran agama dan kitab-Nya.

"Radikalisme dan ekstremisme yang mengatasnamakan agama adalah paham yang dibangun di atas manipulasi dan distorsi agama sehingga akar masalahnya adalah agama, yaitu agama yang dipahami secara menyimpang," jelas mantan Kabagbanops Detasemen Khusus (Densus) 88/Antiteror Polri itu.

Oleh sebab itu, Alumni Akpol Tahun 1989 itu berharap warga Wonosobo mendapatkan imunitas dari segala paparan paham radikal terorisme baik yang dilakukan melalui dunia maya maupun secara langsung.

"Harapan saya masyarakat Wonosobo dapat ikut menggerakkan, ikut meresonansi, dan memberi contoh masyarakat daerah lain agar mencintai toleransi, mencintai NKRI, merayakan keragaman dan perbedaan yang menjadi sunatullah serta menjadi bagian dari bangsa Indonesia," tuturnya.


Jaga Perdamaian Bukan Tugas Polri atau BNPT

Hadir dalam acara tersebut dai milenial, Habib Husein Jafar, yang ikut memberikan nasihat-nasihat mengenai bagaimana hidup dalam keberagaman dan membangun toleransi antarumat beragama sebagai masyarakat sebuah bangsa.

"Menjaga perdamaian bukan tugas TNI, POLRI atau BNPT saja, karena akan percuma dibuatkan hukum sehebat apa pun jika imajinasinya bukan Indonesia (yang bersatu dalam keberagaman). Maka sampai kapan pun tidak akan selesai masalah perpecahan ini," ujar Habib Husein.

Ia melanjutkan toleransi dan keberagaman yang terbentuk di Kabupaten Wonosobo diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi kota lain dan bagi Indonesia untuk dapat disebarkan ke tempat lain. Terutama kepada para pemuda yang memiliki peran penting pada masa mendatang.

"Peran utama ada pada pemuda. Karena kita akan menghadapi bonus demografi pada 2030. Karena itu kita butuh duta-duta dari anak muda untuk berbicara kepada anak muda dengan 'style' anak muda, dengan cara komunikasi anak muda. Tantangannya adalah bagaimana membentuk generasi muda yang bukan hanya toleran, tapi mampu menyebarkan nilai toleransi kepada sesama," ucapnnya.

Dalam kesempatan yang sama, Bupati Wonosobo H Afif Nurhidayat turut mengapresiasi acara ini sebagai upaya vaksinasi ideologi bagi warga Wonosobo dari virus-virus radikal dan intoleransi yang berupaya memecah belah bangsa.

"Sampai hari ini semua umat beragama di Wonosobo hidup nyaman penuh dengan toleransi dan harus kita jaga. Namun, demikian apakah situasi dan kondisi ini harus kita diamkan? Tentu tidak. Kita tetap waspada karena kapan pun virus itu bisa muncul. Oleh sebab itu vaksinasi ideologi yang diberikan oleh BNPT dan Habib Husein Insya Allah akan memberikan kekebalan dan herd immunity bagi warga Kabupaten Wonosobo," kata Afif. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya