Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan investasi Goldman Sachs memprediksi harga minyak mentah Brent bisa mencapai USD 90 per barel di akhir tahun. Pada perdagangan kemarin, harga minyak mentah Brent naik 1 persen ke USD 79,13 per barel.
Pengamat Energi Watch Mamit Setiawan berpendapat, jika harga minyak dunia tembus di angka USD 90 per barel maka akan berdampak ke sektor hilir, khususnya untuk harga jual bahan bakar minyak (BBM) PT Pertamina (Persero).
“Sektor hilir akan menjadi permasalahan, cuma permasalahannya bukan di pemerintah tapi di Pertamina, karena dengan adanya kenaikan minyak ini secara otomatis harga jual minyak yang dipakai Pertamina itu pasti akan mengalami kenaikan,” kata Mamit kepada Liputan6.com, Minggu (3/10/2021).
Untuk diketahui, saat ini BBM Pertamina yang banyak dikonsumsi adalah Pertalite. BBM jenis ini harganya tidak naik. Hal ini berbeda dengan harga BBM di SPBU swasta seperti Shell yang cukup tinggi di 2021. Maka ada selisih harga keekonomian sangat tinggi di Pertamina.
“Pertamina berdasarkan perhitungan saya saja untuk Pertalite saja selisihnya Rp 3.500 - 4.000 per liter dengan mereka jual hari ini. Untuk Pertamax selisihnya juga sama sekitar Rp 3000 per liter mereka harus menanggung selisih harga tersebut,” ujarnya.
Menurutnya, untuk patokan harganya bisa dibandingkan dengan SPBU swasta seperti Shell, dimana harga jual untuk Pertamax atau setara Pertamax itu cukup tinggi hampir Rp 10 ribu per liter.
“Ini yang menyebabkan dampaknya pada keuangan Pertamina. Pasti akan berpengaruh ke depan terhadap keuangan Pertamina karena di sektor hilir ini mengalami kekurangan pendapatan yang cukup signifikan dari Pertalite dan Pertamax ini,” ujarnya.
Meski demikian, untungnya Pertamina masih ditopang oleh sektor hulu. Karena kenaikan harga minyak lifting, maka akan ada subsidi. “Tapi akan terus menggerus keuangan Pertamina,” pungkasnya.
Baca Juga
Advertisement
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Harga Minyak Dunia Diramal Tembus USD 90 per Barel
Para analis percaya harga minyak mentah dunia diprediksi terus meningkat karena adanya lonjakan permintaan dan pasokan yang terbatas. Melansir dari BBC, Rabu (29/9/2021), perusahaan investasi Goldman Sachs mengatakan Brent bisa mencapai USD 90 (Rp 1,2 juta) per barel pada akhir tahun.
Goldman memperingatkan kenaikan biaya input, harga gas yang lebih tinggi, dan pertumbuhan yang melemah kemungkinan akan membebani laba perusahaan Eropa untuk 2021.
"Ketika pertumbuhan melambat menjadi sulit bagi perusahaan untuk menanggung biaya input yang lebih tinggi, yang merupakan risiko utama untuk margin laba bersih," kata Goldman.
Hal tersebut terjadi karena mata uang pound sterling melemah terhadap dolar AS, di bawah USD 1,35 (Rp 19 ribu) di tengah kekhawatiran inflasi. Pasalnya, investor mencari tempat yang aman untuk dolar.
Lebih lanjut, Analis Mata Uang Nomura Jordan Rochester menjelaskan, “Meningkatnya kekhawatiran inflasi membuat aset berdenominasi sterling kurang menarik."
Diketahui harga West Texas Intermediate (WTI) juga mengalami peningkatan menjadi USD 75 (Rp 1 juta) per barel.
Advertisement