Krisis Utang dan Realisasi Inflasi Bakal Dongkrak Harga Emas Pekan Ini

Minggu ini 14 analis Wall Street berpartisipasi dalam survei. Di antara jumlah tersebut, sebanyak 7 analis atau atau 50 persen memperkirakan harga emas naik.

oleh Tira Santia diperbarui 04 Okt 2021, 07:26 WIB
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas bakal naik dari posisi terendah dalam dua pekan ini karena beberapa sentimen. Pelaku pasar dan juga analis di Wall Street sangat yakin bahwa harga emas akan melambung di pekan ini.

Namun meskipun ada sentimen bullish yang tumbuh di pasar pada pekan ini, beberapa analis mencatat bahwa pasar logam mulia masih menghadapi tantangan fundamental dari kenaikan suku bunga, tren kenaikan nilai tukar dolar AS dan sikap apatis dari investor.

Analis senior DailyFX.com Christopher Vecchio mengatakan, masalah utang yang sedang berlangsung seperti Evergrande dan masalah plafon utang AS bisa mendorong harga emas terus menguat.

Fitch Ratings mengatakan bahwa peringkat kredit AS yang ada di level AAA dapat tertekan jika anggota parlemen tidak mengatasi masalah plafon utang tepat waktu.

Terlepas dari ketidakpastian yang berkembang, Vecchio mengharapkan masalah ini pada akhirnya dapat diselesaikan.

"Saya memperkirakan emas akan reli saat krisis ini berkembang, tetapi kami telah berada di sini sebelumnya, dan ketika masalah ini diselesaikan, harga bisa jatuh seperti jurang," katanya seperti dikutip dari Kitco, Senin (4/10/2021).

Minggu ini 14 analis Wall Street berpartisipasi dalam survei emas Kitco News. Di antara jumlah tersebut, sebanyak 7 analis atau atau 50 persen memperkirakan harga emas naik.

Pada saat yang sama, empat analis, atau 29 persen memperkirakan harga emas yang lebih rendah minggu ini. Sedangkan tiga analis atau 21 persen bersikap netral terhadap emas dalam waktu dekat.

Sementara itu, Sebanyak 889 suara diberikan dalam jajak pendapat Main Street. Dari jumlah tersebut, 430 responden atau 48 persen ingin harga emas untuk naik minggu depan.

Sedangkan 340 responden atau 38 persen lainnya mengatakan harga emas akan lebih rendah. Di luar itu atau 119 pemilih atau 13 persen memilih netral.

 


Pandangan Analis

Harga emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam) turun Rp 2.000 menjadi Rp 593 ribu per gram pada perdagangan hari ini, Jakarta, Selasa (15/11). Di awal pekan harga emas Antam ada di angka Rp 595 ribu per gram. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Para analis mulai berbalik arah dari sentimen bearish menjadi bullish pada pekan ini. Sementara itu, di kalangan investor ritel bertambah yakin bahwa harga emas akan menguat.

Dorongan optimisme datang karena harga emas berusaha untuk menutup minggu lalu dengan menahan support di atas USD 1.750 per ounce. Harga ini memantul kembali dari level terendah dalam dua bulan yang terlihat di awal minggu.

Harga emas berjangka Desember terakhir diperdagangkan di USD 1.759,50 per ounce pada Jumat lalu, naik 0,44 persen dari minggu sebelumnya.

Direktur Pelaksana Bannockburn Global Forex Marc Chandler menjelaskan, dalam waktu dekat, harga emas memiliki ruang untuk mendorong ke level tertinggi USD 1.787 per ounce. Namun, dia mencatat bahwa sentimen di pasar masih buruk.

"Saya pikir penyesuaian suku bunga AS berjalan sejauh mungkin pada set informasi saat ini, dan sangat rendah yang kami lihat di dekat USD 1.721, mungkin untuk sementara waktu," katanya.

Sementara beberapa analis memaparkan harga energi di Eropa terus naik di luar kendali Hal ini akan ikut mendorong harga emas. Menurut beberapa laporan, harga gas alam Eropa telah naik ke rekor tertinggi tahun ini.

Presiden Adrian Day Asset Management Adrian Day memperkirakan harga emas akan bullish karena investor mulai menyadari bahwa dengan meningkatnya inflasi, rencana Federal Reserve untuk memperketat suku bunga dengan terlebih dahulu mengurangi pembelian obligasi bulanan sedikit terlambat.

"Bagaimanapun, hanyalah pengurangan laju pembelian, sehingga neraca Fed akan tumbuh lebih lambat," katanya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya