Liputan6.com, Jakarta - Pendukung Taliban dan tokoh senior mengadakan rapat umum pertama mereka di dekat Kabul pada Minggu (3/10), tetapi unjuk kekuatan itu dibayangi oleh ledakan bom yang menargetkan pelayat di dalam ibu kota Afghanistan.
Belum ada pemerintah asing yang mengakui kekuasaan kelompok pemberontak itu, meskipun kekuasaan mereka di dalam negeri semakin kuat, tujuh minggu setelah mereka merebut Kabul.
Advertisement
Tetapi sebagai tanda bahwa kemenangan Taliban belum mengakhiri kekerasan setelah konflik 20 tahun di Afghanistan, sebuah ledakan menewaskan sedikitnya lima orang dan melukai beberapa orang lagi di luar masjid Eid Gah di Kabul.
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan pada hari Sabtu bahwa upacara doa akan diadakan di masjid untuk ibunya setelah kematiannya baru-baru ini. Dia tidak menyebutkan hal ini pada hari Minggu ketika dia mentweet bahwa ledakan itu telah menewaskan beberapa warga sipil di daerah tersebut.
Orang-orang dengan pakaian berlumuran darah terlihat tiba di Rumah Sakit Darurat Kabul di dekatnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Anggota Taliban Juga Jadi Korban
Seorang pejabat komisi budaya, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan kepada AFP bahwa lima orang tewas dan 11 terluka, menambahkan bahwa korban termasuk warga sipil dan anggota Taliban.
"Kami juga telah menangkap tiga orang sehubungan dengan ledakan itu," katanya.
Menurut pejabat tersebut, perangkat itu ditempatkan di pintu masuk masjid dan diledakkan ketika pelayat pergi setelah menyampaikan belasungkawa kepada Mujahid dan keluarganya.
Sejumlah anggota Taliban tiba di rumah sakit menyerahkan senjata mereka dan menanggalkan pelindung tubuh mereka untuk masuk dan menyumbangkan darah. Sementara itu, pihak rumah sakit mengatakan lewat Twitter bahwa empat pasien sedang dirawat.
Ledakan itu, yang dapat terdengar di seluruh pusat ibu kota, terjadi tak lama setelah "pemerintah sementara" Taliban yang baru menggelar rapat umum di luar ibu kota, di mana mereka diusir pada 2001 dalam operasi pimpinan AS yang diluncurkan setelah serangan 9/11.
Advertisement