Liputan6.com, Jakarta - Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memerkirakan hingga akhir 2020 terdapat 7,8 juta perempuan didiagnosis mengidap kanker payudara dalam lima tahun terakhir.
Menurut Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Republik Indonesia---yang juga penyintas kanker payudara Lestari Moerdijat SS MM---data tersebut menunjukkan bahwa kanker payudara adalah kanker paling banyak diderita di dunia.
“WHO juga mencatat pada 2020, terdapat 2,3 juta perempuan yang terdiagnosis kanker payudara dan terjadi 685.000 kematian secara global,” kata Rerie, sapaan akrabnya, mengutip keterangan pers The Indonesian Cancer Information and Support Center Association (CISC), Senin (4/10/2021).
Baca Juga
Advertisement
“Kondisi itu melahirkan komitmen global terkini untuk mengurangi angka kematian akibat kanker payudara global sebesar 2,5 persen per tahun hingga 2040 dan meningkatkan survival rate para penderita kanker payudara,” Rerie menambahkan.
Kanker Payudara di Indonesia
Data WHO juga menyebutkan 65.858 perempuan Indonesia terdiagnosis kanker payudara pada 2020, sementara kematian perempuan di Indonesia akibat kanker payudara mencapai 22.430.
Berdasarkan analisis data di RS Sardjito, Yogyakarta pada 2017, 70,9 pasien kanker payudara berada pada stadium lanjut. Angka kesintasan 5 tahun kanker payudara dari analisis yang sama adalah 51,07 persen.
Dari data yang sama, risiko kematian pasien kanker payudara kelompok stadium dini 84 persen lebih kecil dibandingkan kelompok stadium lanjut.
“Meski berbagai inisiatif telah dilakukan untuk mengedukasi masyarakat, tapi masih banyak kami temui pasien yang belum memahami pentingnya melakukan pemeriksaan sesegera mungkin terhadap kecurigaan kanker payudara.”
Advertisement
Pentingnya Biopsi
Dalam keterangan yang sama, dokter bedah onkologi Farida Briani Sobri mengatakan bahwa kurangnya pemahaman membuat pasien cenderung takut untuk melakukan biopsi.
Padahal, biopsi tidak membuat sifat keganasan kanker berubah dan menyebabkan kanker menyebar. Biopsi justru sangat penting dilakukan untuk memperoleh diagnosis yang jelas.
“Hasil biopsi yang lengkap, misalnya dengan biopsi jarum inti (core biopsy), memungkinkan dokter bersama-sama dengan pasien membuat rencana pengobatan yang tepat untuk pasien sebelum terapi dilakukan,” tutup Farida.
Baca Juga
Infografis Akar Bajakah dari Kalimantan Bisa Sembuhkan Kanker?
Advertisement