7 Fakta Terkait Temuan Kandungan Parasetamol di Perairan Teluk Jakarta

Kandungan parasetamol yang cukup tinggi ditemukan di perairan Teluk Jakarta oleh tim peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan University of Brighton, Inggris.

oleh Devira PrastiwiLiputan6.com diperbarui 04 Okt 2021, 16:04 WIB
Suasana aktivitas warga di Kali Adem, Muara Angke, Jakarta Utara, Sabtu (2/10/2021). Teluk Angke dan Ancol yang ada di wilayah Jakarta Utara dilaporkan tercemar paracetamol dengan konsentrasi tinggi. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Kandungan parasetamol yang cukup tinggi ditemukan di perairan Teluk Jakarta oleh tim peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan University of Brighton, Inggris.

Hasil penelitian menunjukkan, jika dibandingkan dengan pantai-pantai lain di belahan dunia, konsentrasi parasetamol di Teluk Jakarta adalah relatif tinggi (420-610 ng/L) dibanding di pantai Brazil (34. 6 ng/L), pantai utara Portugis (51.2 – 584 ng/L).

Meski begitu, peneliti BRIN Wulan Koagouw belum bisa memastikan bahaya akan paparan parasetamol bagi lingkungan di laut.

Namun menurut risetnya, parasetamol memicu kondisi lubang atau bagian dalam tubuh kerang betina tertutup atau tidak ada.

"Kami belum tahu, karena memang riset kami baru pada tahap awal. Namun jika konsentrasinya selalu tinggi dalam jangka panjang, hal ini menjadi kekhawatiran kita karena memiliki potensi yang buruk bagi hewan-hewan laut. Hasil penelitian di laboratorium yang kami lakukan, menemukan bahwa paparan Parasetamol pada konsentrasi 40 ng/L telah menyebabkan atresia pada kerang betina, dan reaksi pembengkakan," ujar Wulan melalui keterangan tulis, Sabtu 2 Oktober 2021.

Zainal menyatakan pihaknya belum dapat memastikan sumber pencemaran kadar parasetamol yang tinggi di perairan Teluk Jakarta. Pencemaran yang terjadi belum tentu berasal dari Jakarta saja.

Berikut fakta-fakta terkait temuan kandungan parasetamol yang cukup tinggi oleh tim peneliti BRIN dan University of Brighton, Inggris di Teluk Jakarta dihimpun Liputan6.com:

 


1. Kandungan Parasetamol yang Ditemukan Lebih Tinggi

Petugas membersihkan Kali Adem, Muara Angke, Jakarta Utara, Sabtu (2/10/2021). Teluk Angke dan Ancol yang ada di wilayah Jakarta Utara dilaporkan tercemar paracetamol dengan konsentrasi tinggi. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Tim peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasiona (BRIN) dan University of Brighton, Inggris menemukan konsentrasi Parasetamol yang tinggi di perairan Teluk Jakarta.

Hasil penelitian menunjukkan, jika dibandingkan dengan pantai-pantai lain di belahan dunia, konsentrasi Parasetamol di Teluk Jakarta adalah relatif tinggi (420-610 ng/L) dibanding di pantai Brazil (34. 6 ng/L), pantai utara Portugis (51.2 – 584 ng/L).

 


2. Picu Bahaya pada Kondisi Kerang Betina

Anak-anak memancing di Kali Adem, Muara Angke, Jakarta Utara, Sabtu (2/10/2021). Kandungan paracetamol yang terkandung di Angke bahkan mencapai 610 nanogram per liter. Sedangkan di Ancol kandungannya mencapai 420 nanogram per liter. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Peneliti BRIN Wulan Koagouw belum bisa memastikan bahaya akan paparan Parasetamol bagi lingkungan di laut.

Namun menurut risetnya, Parasetamol memicu kondisi lubang atau bagian dalam tubuh kerang betina tertutup atau tidak ada.

"Kami belum tahu, karena memang riset kami baru pada tahap awal. Namun jika konsentrasinya selalu tinggi dalam jangka panjang, hal ini menjadi kekhawatiran kita karena memiliki potensi yang buruk bagi hewan-hewan laut. Hasil penelitian di laboratorium yang kami lakukan, menemukan bahwa paparan Parasetamol pada konsentrasi 40 ng/L telah menyebabkan atresia pada kerang betina, dan reaksi pembengkakan," ujar Wulan dalam keterangan tulis, Sabtu 2 Oktober 2021.

 


3. Masih Perlu Penelitian Lanjutan

Suasana Kali Adem, Muara Angke, Jakarta Utara, Sabtu (2/10/2021). Kandungan paracetamol yang terkandung di Angke bahkan mencapai 610 nanogram per liter. Sedangkan di Ancol kandungannya mencapai 420 nanogram per liter. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Menurut Wulan, penelitian lanjutan masih perlu dilakukan terkait potensi bahaya Parasetamol atau produk farmasi lainnya pada biota-biota laut.

Meskipun memerlukan penelitian lebih lanjut, namun beberapa hasil penelitian di Asian Timur, seperti Korea Selatan menyebutkan bahwa zooplankton yang terpapar Parasetamol menyebabkan peningkatan Stress hewan, dan oxydative stress, yakni ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas dengan sistem antioksidan, yang berperan dalam mempertahankan homeostasis.

Hasil studi menemukan kandungan Prasetamol yang cukup tinggi di perairan Teluk Jakarta.

Penelitian tersebut dimuat dalam jurnal Marine Pollution Bulletin berjudul “High concentrations of paracetamol in effluent dominated waters of Jakarta Bay, Indonesia”.

 


4. Kandungan Parasetamol Ditemukan di Empat Lokasi

Petugas membersihkan Kali Adem, Muara Angke, Jakarta Utara, Sabtu (2/10/2021). Kandungan paracetamol yang terkandung di Angke bahkan mencapai 610 nanogram per liter. Sedangkan di Ancol kandungannya mencapai 420 nanogram per liter. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Hasil riset ini menginvestigasi beberapa kontaminan air dari empat lokasi di Teluk Jakarta yaitu Angke, Ancol, Tanjung Priok, dan Cilincing, serta satu lokasi di pantai utara Jawa Tengah yakni Pantai Eretan, Indramayu.

Parasetamol terdeteksi di dua situs, yakni muara sungai Angke (610 ng/L) dan muara sungai Ciliwung Ancol (420 ng/L), keduanya di Teluk Jakarta.

Bukan hanya Parasetamol, hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa parameter nutrisi seperti Amonia, Nitrat, dan total Fosfat, melebihi batas Baku Mutu Air Laut Indonesia.

 


5. Ada Tiga Kemungkinan Sumber Parasetamol

Kapal bersandar di Kali Adem, Muara Angke, Jakarta Utara, Sabtu (2/10/2021). Teluk Angke dan Ancol yang ada di wilayah Jakarta Utara dilaporkan tercemar paracetamol dengan konsentrasi tinggi. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Salah satu anggota tim peneliti dari BRIN Zainal Arifin mengatakan konsentrasi Parasetamol yang cukup tinggi meningkatkan kekhawatiran tentang risiko lingkungan yang terkait dengan paparan jangka panjang terhadap organisme laut di Teluk Jakarta.

"Hasil penelitian awal yang kami lakukan ingin mengetahui apakah ada sisa Parasetamol yang terbuang ke sistem perairan laut," papar Zainal Arifin.

Zainal menjelaskan, bahwa secara teori, sumber sisa Parasetamol yang ada di perairan teluk Jakarta dapat berasal dari tiga sumber, yaitu ekskresi akibat konsumsi masyarakat yang berlebihan, rumah sakit, dan industri farmasi.

"Dengan jumlah penduduk yang tinggi di kawasan Jabodetabek dan jenis obat yang dijual bebas tanpa resep dokter, memiliki potensi sebagai sumber kontaminan di perairan," katanya.

"Sedangkan sumber potensi dari rumah sakit dan industri farmasi dapat diakibatkan sistem pengelolaan air limbah yang tidak berfungsi optimal, sehingga sisa pemakaian obat atau limbah pembuatan obat masuk ke sungai dan akhirnya ke perairan pantai," sambung Zainal Arifin.

 


6. Sumber Parasetamol Bisa Jadi dari Daerah Penyangga

Anak-anak bermain di Kali Adem, Muara Angke, Jakarta Utara, Sabtu (2/10/2021). Kandungan paracetamol yang terkandung di Angke bahkan mencapai 610 nanogram per liter. Sedangkan di Ancol kandungannya mencapai 420 nanogram per liter. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Zainal menyatakan pihaknya belum dapat memastikan sumber pencemaran kadar parasetamol yang tinggi di perairan Teluk Jakarta.

Pencemaran yang terjadi belum tentu berasal dari Jakarta saja. Namun, kemungkinan ada kontribusi dari daerah penyangga.

"Jadi karena ini di Teluk Jakarta, Pemda Jakarta mungkin, tapi enggak. Kita harus tahu bahwa kita peneliti hampir setuju bahwa 60 sampai 80 persen pencemaran itu datangnya dari daratan sumbernya, dari daratan itu kan bisa sampai Bodetabek," kata Zainal dalam konferensi pers, Senin (4/9/2021).

Kendati begitu, dia menyebut ada tiga kemungkinan penyebab pencemaran paracetamol di perairan Jakarta. Bisa terkait gaya hidup hingga terkait obat-obatan kadaluarsa yang tidak terkontrol.

"Dengan jumlah penduduk yang tinggi di kawasan Jabodetabek dan jenis obat yang dijual bebas tanpa resep dokter, memiliki potensi sebagai sumber kontaminan di perairan," paparnya.


7. Harus Ada Perbaikan Sistem Pengelolaan Limbah

Awan cumulonimbus menyelimuti perairan Teluk Jakarta, Minggu (10/1/2021). Sejak beberapa hari terakhir, perairan Teluk Jakarta diselimuti cuaca ekstrem yang berbahaya bagi pelayaran dan penerbangan. (merdeka.com/Arie Basuki)

Lalu, lanjut Zainal, bisa terkait pengelolaan limbah farmasi dari rumah sakit belum optimal. Akibatnya, limbah yang terbuang ke lautan terkontaminasi dengan zat paracetamol.

"Sehingga sisa pemakaian obat atau limbah pembuatan obat masuk ke sungai dan akhirnya ke perairan pantai," jelas dia soal pencemaran di Teluk Jakarta.

Sementara itu, peneliti BRIN Wulan Koagouw menyatakan perlu adanya perbaikan sistem pengelolaan limbah farmasi di Indonesia.

"Jadi misalnya kita di sini bicara tentang teknologi penanganan limbah, kita perlu teknologi penanganan limbah yang baik supaya mudah-mudahan itu bisa mereduksi paracetamol itu," tegas dia.

 

(Cindy Violeta Layan)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya