Memayu dan Ngalus, Tradisi Kasultanan Kanoman Cirebon Jelang Maulid Nabi

Dalam ritual tersebut, keluarga hingga abdi dalem dan masyarakat sekitar turut serta mengikuti rangkaian kegiatan ritual adat yang sudah dilakukan turun temurun

oleh Panji Prayitno diperbarui 06 Okt 2021, 04:00 WIB
Pemasangan atap yang terbuat dari jerami atau alang-alang di situs Lumpang Alu Kasultanan Kanoman saat kegiatan Memayu bagian dari awalan menyambut Peringatan Maulid Nabi. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Liputan6.com, Cirebon - Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW pada pertengahan Oktober 2021 mendatang tidak hanya menjadi momen penting umat Muslim.

Kasultanan Kanoman Cirebon memiliki rangkaian agenda tradisi yang sudah turun-temurun dalam memperingati puncak Maulid Nabi Muhammad. Salah satunya adalah Memayu Kasultanan Kanoman Cirebon.

"Memayu ini bagian dari rangkaian awal untuk persiapan ritual puncak Maulid Nabi di Kasultanan Kanoman Cirebon. Memayu artinya membersihkan atau mensucikan duri baik individu maupun lingkungan Keraton Kanoman," ujar Patih Kasultanan Kanoman Cirebon Pangeran patih Raja Muhammad Qodiran, Senin (4/10/2021).

Dalam ritual tersebut, keluarga hingga abdi dalem dan masyarakat sekitar turut serta mengikuti rangkaian kegiatan. Diawali dengan mengganti atau jerami atau alan-alan di situs Lumpang Alu bagian depan Keraton Kanoman Cirebon.

Kegiatan dilanjutkan dengan bebersih di beberapa titik lokasi situs bersejarah yang ada di Keraton Kanoman Cirebon. Patih Qodiran menjelaskan, makna dari Memayu adalah membersihkan atau menyucikan diri.

"Di seluruh titik maknanya menyucikan diri baik jiwa raga sampai tempat sebelum puncak peringatan kelahiran Nabi Muhammad. Ritual yang di Kasultanan Kanoman jelang Maulid Nabi memang panjang prosesi nya dilakukan sejak sebelum Baginda Nabi masih dalam kandungan ibunda," ujar dia.

Selain Memayu, lanjut Patih Qodiran, ritual rutin yang dilakukan keluarga besar Kasultanan Kanoman Cirebon adalah puasa ngalus. Dia menjelaskan, puasa tersebut berbeda dengan umumnya.

Saksikan video pilihan berikut ini


Puasa Ngalus

Pemasangan atap yang terbuat dari jerami atau alang-alang di situs Lumpang Alu Kasultanan Kanoman saat kegiatan Memayu bagian dari awalan menyambut Peringatan Maulid Nabi. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Dalam puasa ngalus, keluarga Kasultanan Kanoman Cirebon boleh makan, tetapi dengan kriteria tertentu. Yakni, dilarang makan biji-bijian yang tertanam di bumi atau tanah, selain itu dilarang makan makanan yang bernyawa.

"Adapun padi atau beras itu wajib kita haluskan dulu jadi tepung beras sebelum dimakan. Karena itu simbol menghaluskan," ujar dia.

Diketahui, puasa ngalus ala Kasultanan Kanoman Cirebon memiliki makna yang sangat besar dan penting. Puasa ngalus dilakukan sejak awal memasuki bulan safar dalam kalender Jawa.

Menurut dia, bulan safar merupakan bulan yang memiliki tantangan berat dalam menjalani hidup. Sebab, hawa nafsu manusia dianggap benar-benar diuji pada bulan Safar.

"Kuncinya bagaimana meredam hawa nafsu dan bulan Safar juga punya historis tersendiri sebelum memasuki bulan Maulid. Hawanya panas terus bukan panas cuaca ya tapi panas dalam hati kita makannya harus diredam," tutur Patih Qodiran.

Lama puasa ngalus yang dilakukan keluarga besar Kasultanan Kanoman Cirebon adalah 42 hari. Patih Qodiran menyebutkan, saat ini dia dan keluarga besar sudah memasuki hari ke-25.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya