Wall Street Anjlok, Kenaikan Imbal Hasil Obligasi AS Tekan Saham Teknologi

Wall street kompak tertekan pada Senin, 4 Oktober 2021 waktu setempat. Indeks Dow Jones merosot 323,54 poin ke posisi 34.002,92.

oleh Agustina Melani diperbarui 05 Okt 2021, 06:42 WIB
Reaksi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street alami koreksi tajam pada perdagangan Senin, 4 Oktober 2021. Hal ini seiring investor melanjutkan rotasinya dari saham teknologi di tengah meningkatnya imbal hasil obligasi AS.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones merosot 323,54 poin ke posisi 34.002,92. Indeks S&P 500 susut 1,3 persen menjadi 4.300,46. Indeks Nasdaq tergelincir 2,1 persen menjadi 14.255,48.

Saham teknologi kapitalisasi besar antara lain Apple, Nvidia, Amazon dan Microsoft merosot seiring investor mengamati imbal hasil obligasi.

Lonjakan suku bunga hingga akhir September 2021 menekan saham teknologi yang memiliki valuasi tinggi. Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun sedikit menguat pada awal pekan ini dengan diperdagangkan sekitar 1,48 persen.

Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun mencapai 1,56 persen pada pekan lalu, titik tertinggi sejak Juni. Kenaikan imbal hasil itu terjadi seiring investor khawatir tentang tekanan inflasi dan kebijakan moneter lebih ketat.

Saham raksasa media sosial Facebook susut 4,9 persen setelah dituduh “mengkhianati demokrasi” oleh seorang pelapor yang ungkapkan identitas pada Minggu, 3 Oktober 2021.

“Pasar keuangan menyesuaikan kepemimpinan untuk mencerminkan siklus pembukaan kembali yang disebabkan oleh COVID-19,” ujar Chief Investment Strategist Leuthold Group Jim Paulsen, dilansir dari CNBC, Selasa (5/10/2021).

Ia menambahkan, harga komoditas meningkat, diikuti dengan imbal hasil obligasi, sektor siklis dan saham kapitalisasi kecil bangkit. Sedangkan saham teknologi dan growth stock berkinerja buruk.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Gerak Saham di Wall Street

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Sisi positifnya, saham Tesla naik 0,8 persen setelah perseroan mengatakan akhir pekan ini mengirimkan 241.300 kendaraan listrik selama kuartal III 2021, jauh di atas perkiraan analis.

Saham Merck naik 2,1 persen ikuti lonjakan 8 persen pada pekan lalu setelah produsen obat itu menyebutkan pengobatan antivirus oral yang dikembangkan dengan Ridgeback Biotherapeutics untuk COVID-19 mengurangi risiko rawat inap atau kematian sebesar 50 persen untuk pasien dengan kasus ringan dan sedang.

Saham Southwest naik 13, persen setelah peningkatkan bobot oleh Barclays. Analis juga meningkatkan saham American Airlines menajdi positif dari netral.

Saham energi juga naik di tengah kenaikan harga minyak. Saham Exxon Mobil naik 1,3 persen dan ConocoPhilips menguat 2 persen.

“Pada valuasi yang sangat tinggi ini, harga saham sangat sensitif terhadap perubahan sederhana dalam aliran modal tambahan dan tampaknya ada beberapa mengejar kinerja sehingga masuk ke minyak dan gas dan berarti lebih sedikit uang yang mengalir ke teknologi,” ujar CEO Morgan Creek Capital Management, Mark Yusko.

Pada Jumat pekan lalu menandai hari perdagangan pertama Oktober 2021 dan kuartal terakhir 2021. Pada saat itu, indeks acuan menguat seiring katalis positif dari pengobatan oral Merck untuk COVID-19 yang mendorong saham terkait dengan pembukaan kembali ekonomi.


Kekhawatiran COVID-19 Mereda di Pasar Saham

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Sepanjang September 2021, pasar saham dibayangi kekhawatiran inflasi, tapering off the fed dan kenaikan suku bunga. Indeks S&P 500 susut 4,8 persen, dan mematahkan kenaikan beruntung dalam tujuh bulan. Indeks Dow Jones dan Nasdaq masing-masing turun 4,3 persen dan 5,3 persen.

“Kegugupan yang terus menerus, sekali lagi tentang kebijakan moneter the Federal Reserve, gangguan di antara rantai pasokan dan potensi pajak lebih tinggi bersama dengan kekhawatiran lain seperti risiko inflasi dan pajak lebih tinggi telah jaga antusiasme pasar tetap terkendali,” ujar Chief Investment Strategist Oppenheimer Asset Management, John Stolzfus.

Ia menambahkan, upaya rotasi dan penyeimbangan kembali diikuti dengan aksi ambil untung dan investor gelisah menjadi bagian penting dari aktivitas pasar pada hari tertentu.

“Anehnya kekhawatiran investor tentang COVID-19 dan varian tampaknya mulai mereda di pasar akhir-akhir ketimbang selama musim panas,” ujar dia.


Prediksi Kuartal IV 2021

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Pada kuartal IV biasanya merupakan periode baik untuk saham tetapi overhang seperti pengetatan bank sentral, plafon utang, pengembang China Evergrande dan COVID-19 membuat investor tetap berhati-hati. Menuju kuartal IV 2021, lebih dari setengah semua saham S&P 500 turun setidaknya 10 persen.

Indeks S&P 500 memiliki kenaikan rata-rata 3,9 persen pada kuartal IV, dan naik empat dari setiap lima tahun sejak perang Dunia II, berdasarkan data CFRA.

Salah satu rintangan pertama yang dihadapi pasar pada kuartal baru adalah laporan ketenagakerjaan yang diawasi ketat pada Jumat pekan ini yang dapat memacu keputusan the Federal Reserve tentang kapan harus mengurangi program pembelian obligasi.

Ekonom memperkirakan sekitar 475.000 pekerjaan ditambahkan pada September 2021, berdasarkan angka konsensus awal dari FactSet. Hanya 235.000 tenaga kerja ditambahkan pada Agustus 2021, dari yang diharapkan sekitar 500.000.

“Pasar minggu ini kemungkinan akan mengambil isyarat dari data ekonomi karena mereka melihat laporan ketenagakerjaan Jumat untuk petunjuk tentang kekuatan ekonomi AS,” ujar Stoltzfus.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya