Liputan6.com, Jakarta Umumnya orangtua senang ketika anaknya makan dengan lahap, tapi penelitian menemukan bahwa anak makan berlebihan bisa menjadi tanda awal autisme.
Melansir WebMD, perilaku makan yang tidak biasa umumnya muncul pada anak umur 1 tahun. Sebuah studi terbaru menemukan perilaku makan seperti hipersensitivitas terhadap tekstur makanan atau mengemut makanan tanpa ditelan biasanya dilakukan oleh 70 persen anak yang menyandang autisme.
Para peneliti menganalisis deskripsi orangtua tentang perilaku makan anak mereka. Kira-kira, ada 2.000 anak yang diuji dalam penelitian ini. Studi ini membandingkan antara perilaku makan anak yang non disabilitas dengan yang penyandang autisme atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
Akan tetapi, pernyataan anak yang makan berlebih bisa menjadi tanda autisme dibantah oleh dr. Dyan Mega Inderawati dari KlikDokter. Menurutnya, mendiagnosis seorang anak terkena autisme tidak hanya dinilai dari cara mereka makan, tapi juga dari cara berperilaku dan bereaksi terhadap lingkungan sekitar.
“Autisme itu ketika anak punya dunia sendiri. Jadi kalau dinilai cuma dari kebiasaan makan, termasuk jika makannya berlebihan, ya jelas tidak,” kata Dyan mengutip Klikdokter, Selasa (5/10/2021).
Baca Juga
Advertisement
Menurutnya penyandang autisme bisa dilihat jika mereka tidak ada kontak mata dengan orang lain ketika berbicara. Selain itu, anak juga susah diajak komunikasi dan perkembangannya lebih lambat jika dibandingkan dengan anak-anak lainnya.
“Misalnya, jika anak A sudah bisa ngomong atau menggambar, tapi yang anak B belum bisa. Nah itu bisa menjadi tanda anak terkena autisme,” tambah Dyan.
Ciri Perilaku Maladaptif
Sementara itu, dr. Sepriani Timurtini Limbong dari KlikDokter mengatakan bahwa istilah autisme sering disematkan pada anak yang memiliki perilaku maladaptif atau “aneh”.
Tak jarang autisme juga dikaitkan dengan perilaku anak yang acuh dan asyik sendiri.
“Sebenarnya, autisme adalah bagian dari gangguan perkembangan anak. Autisme atau gangguan spektrum autisme (Autism Spectrum Disorder/ASD) adalah gangguan perkembangan fungsi otak yang mencakup berbagai bidang, mulai sosial, emosional, dan komunikasi,” kata Sepriani.
Menurut data Centers for Disease Control and Prevention (CDC), pada 2012, sekitar 1 dari 68 anak mengalami autisme. Kondisi ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.
Advertisement
Penyebab Autisme
Sejauh ini, penyebab autisme belum diketahui dengan jelas. Namun, menurut Sepriani setidaknya ada tiga faktor yang diyakini memengaruhi terjadinya autisme, yaitu:
Faktor genetik
Anak yang memiliki saudara dengan autisme lebih berisiko mengalami autisme pula. Pada kembar identik, bila salah satu anak mengalami autisme, saudara kembarnya juga akan menunjukkan gejala autisme seiring berjalannya waktu.
Faktor Neurobiologis
Anak dengan gangguan spektrum autisme cenderung mengalami masalah struktur dan fungsi otak yang sudah terjadi sebelum ia lahir.
Faktor lingkungan
Beberapa peneliti menyatakan bahwa faktor lingkungan seperti obat-obatan, makanan, zat kimia dapat memicu gejala autisme. Namun, hal itu masih butuh penelitian lebih lanjut.
Baca Juga
Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta
Advertisement