Liputan6.com, Jakarta - Ardem Patapoutian adalah ilmuwan peraih Nobel 2021 bersama David Julius di bidang fisiologi dan kedokteran.
Keduanya merupakan ilmuwan yang berbasis di Amerika Serikat (AS) yang berhasil menggambarkan mekanisme bagaimana manusia merasakan panas, dingin, sentuhan dan tekanan melalui impuls saraf.
"Kemampuan kita untuk merasakan panas, dingin, dan sentuhan sangat penting untuk kelangsungan hidup dan mendukung interaksi kita dengan dunia di sekitar kita," kata Majelis Nobel dalam sebuah pernyataan yang mengumumkan hadiah tersebut mengutip CNN, Selasa (5/10/2021).
Penemuan ini akan sangat penting untuk pengembangan pengobatan untuk nyeri kronis dan kondisi lainnya, kata Profesor David Paterson, presiden The Physiological Society di Inggris.
"Bagaimana kita merasakan suhu, sentuhan, dan gerakan adalah beberapa pertanyaan besar bagi umat manusia," kata Paterson.
Titik awal penemuan terobosan pasangan ini adalah karya Julius dengan cabai sederhana atau lebih khusus lagi, capsaicin. Senyawa pedas itulah yang menyebabkan sensasi terbakar saat memakan cabai.
Baca Juga
Advertisement
Karya Patapoutian mengarah pada penemuan sensor di kulit dan organ dalam yang merespons "rangsangan mekanis" yang dirasakan sebagai sentuhan dan tekanan.
Dengan rekan-rekannya, ia mengidentifikasi garis sel yang bereaksi ketika sel-sel individualnya ditusuk dengan mikropipet. Tim kemudian mengidentifikasi 72 kandidat gen yang dapat mengkodekan reseptor dan "mematikannya" satu per satu untuk menemukan gen yang bertanggung jawab atas mekanosensitivitas.
Mengenal Ardem Patapoutian
Ardem Patapoutian, PhD adalah profesor di Howard Hughes Medical Institute (HHMI) di Scripps Research di La Jolla, California.
Ia lahir di Lebanon pada 1967 dan kuliah di American University of Beirut selama satu tahun sebelum dia berimigrasi ke Amerika Serikat pada 1986.
Pada 1990, dia lulus dari University of California, Los Angeles (UCLA) dan menerima gelar PhD di Caltech di lab Dr. Barbara Wold pada 1996.
Setelah bekerja pascadoktoral dengan Dr. Lou Reichardt di University of California San Francisco (UCSF), ia bergabung dengan fakultas The Scripps Research Institute pada 2000, di mana ia saat ini menjadi Profesor di Departemen Ilmu Saraf.
Patapoutian juga menjabat posisi di Genomics Institute of The Novartis Research Foundation dari tahun 2000-2014.
Sebelum mendapat Nobel, ia dianugerahi Young Investigator Award dari Society for Neuroscience pada tahun 2006 dan diangkat sebagai Investigator dari Howard Hughes Medical Institute pada 2014.
Dia adalah anggota dari American Association for the Advancement of Science (2016), dan anggota dari Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional (2017) seperti melansir nasonline.org.
Advertisement
Kontribusi Penting
Ahli biologi molekuler ini mengkhususkan diri dalam transduksi sensorik. Kontribusinya yang penting untuk sains termasuk mengidentifikasi saluran ion baru yang diaktifkan oleh suhu, gaya mekanik, dan peningkatan volume sel.
Ia tertarik pada saluran ion dan sensor seluler lainnya yang menerjemahkan rangsangan mekanis menjadi sinyal kimia. Sensor-sensor ini adalah dasar bagaimana manusia merasakan sentuhan, rasa sakit, suara, dan aliran darah.
Dalam penelitian sebelumnya ia dan tim menemukan saluran “kation piezo” yang diekspresikan dalam tipe sel mekanosensitif, seperti sel darah merah dan sel endotel vaskular, serta neuron sentuh dan proprioseptif.
Tim bertujuan untuk menentukan peran piezos dalam berbagai skenario ini dan untuk menemukan sensor gaya mekanik baru seperti mengutip hhmi.org, Selasa (5/10/2021).
Infografis Hindari Penularan COVID-19, Ayo Jaga Jarak
Advertisement