Liputan6.com, Taipei - Taiwan mendesak Beijing untuk menghentikan "tindakan provokatif yang tidak bertanggung jawab" setelah sejumlah besar pesawat tempur China memasuki zona pertahanan udaranya.
Serangan Senin menandai hari keempat berturut-turut aktivitas oleh pesawat China, dengan hampir 150 pesawat dikirim ke zona pertahanan Taiwan secara total.
Advertisement
Beberapa analis mengatakan, penerbangan dapat dilihat sebagai peringatan kepada presiden Taiwan menjelang hari nasional pulau itu, demikian dikutip dari laman BBC, Selasa (5/10/2021).
Beijing memandang Taiwan sebagai provinsi yang memisahkan diri.
Namun, Taiwan yang demokratis melihat dirinya sebagai negara berdaulat.
Taiwan telah melaporkan selama lebih dari setahun bahwa angkatan udara China telah berulang kali terbang di dekatnya.
Misi China terbaru termasuk 34 pesawat tempur J-16 dan 12 pesawat pengebom H-6 berkemampuan nuklir, yang semuanya terbang di daerah dekat Kepulauan Pratas yang dikuasai Taiwan, menurut peta yang disediakan oleh pemerintah Taiwan.
Empat lagi pesawat tempur China terlihat pada Senin malam, sehingga total menjadi 56 pesawat dalam satu hari.
Badan pembuat kebijakan utama China di Taiwan, Mainland Affairs Council (MAC), menuduh Beijing "sangat merusak status quo perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan".
"Kami menuntut pihak berwenang Beijing segera menghentikan tindakan provokatifnya yang tidak damai dan tidak bertanggung jawab," kata juru bicara MAC Chiu Chui-cheng dalam sebuah pernyataan.
"China adalah biang keladi yang menyebabkan ketegangan antara kedua sisi Selat (Taiwan) dan semakin mengancam keamanan dan ketertiban regional," tambahnya, dengan mengatakan Taiwan "tidak akan pernah berkompromi dan menyerah," pada ancaman.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
China Tak Suka dengan Campur Tangan AS
Sebagai tanggapan, China menuduh Washington sebagai provokator, sambil memperingatkan agar tidak mendukung kemerdekaan Taiwan.
"Terlibat dalam kemerdekaan Taiwan adalah jalan buntu. China akan mengambil semua langkah yang diperlukan dan dengan tegas menghancurkan setiap plot kemerdekaan Taiwan," kata kementerian itu.
Analis sebelumnya telah memperingatkan bahwa Beijing semakin khawatir bahwa pemerintah Taiwan sedang memindahkan pulau itu ke arah deklarasi kemerdekaan resmi dan ingin memperingatkan presiden Taiwan Tsai Ing-wen agar tidak mengambil langkah ke arah itu.
Presiden Tsai, bagaimanapun, telah berulang kali mengatakan bahwa Taiwan sudah menjadi negara merdeka, mengklaim membuat deklarasi formal tidak diperlukan.
Pulau ini memiliki konstitusi sendiri, militer, dan pemimpin yang dipilih secara demokratis.
China tidak mengesampingkan kemungkinan penggunaan kekuatan untuk mencapai penyatuan dengan Taiwan.
Advertisement