Liputan6.com, Jakarta - Pengendalian timbulan sampah dapat diterapkan dengan pengelolaan sampah yang tepat. Hal tersebut tak hanya sebagai upaya menyelamatkan lingkungan, tetapi juga langkah untuk terciptanya ekonomi sirkular.
Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, Bahan Beracun dan Berbahaya (PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Rosa Vivien Ratnawati menyebut ekonomi sirkular adalah prinsip atau pendekatan pengelolaan ekonomi dengan menggunakan sumber daya atau sampah. Dalam prosesnya, sampah diputar agar tidak berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA).
"Yang saya tidak bosan-bosan saya sampaikan, sampah itu dipilah di rumah, dari botol, kaca, kertas, dan sebagainya. Sampah bisa dibawa ke bank sampah atau ke pemulung. Sampah masih ada harganya," kata Vivien dalam Webinar Kolaborasi dan Sinergi Pengelolaan Sampah dengan Komitmen Circular Economy, Selasa (5/10/2021).
Baca Juga
Advertisement
Vivien melanjutkan, di bank sampah dibutuhkan offtaker yang tak lain adalah perusahaan yang mau menggunakan sampah tersebut sebagai bahan baku atau membuat jadi suatu yang bermanfaat dan dikelola menjadi barang jadi. Untuk perusahaan manufaktur misalnya, mengolah sampah untuk pengemasan atau wadah.
"Nanti kita pakai lagi di rumah dan muncul sampah. Kemudian berputar sehungga sampah tadi tidak dibuang ke TPA. Proses yang menjadikan sampah itu tidak terbuang, tapi bisa digunakan lagi," tambahnya.
Menurut Vivien, dibutuhkan pendekatan lain mengenai sampah. Komposisi sampah yang berasal dari kemasan, khususnya plastik rata-rata 17 persen dari total timbulan sampah, terutama di perkotaan.
"Sampah itu jumlahnya 68,7 juta ton berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN). Bayangkan 17 persen itulah yang punya potensi terbuang ke lingkunan kalau kita tidak gunakan dan kelola lagi. Bisa kita kelola kalau kita pilah dari rumah," ungkap Vivien.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pengelolaan Sampah
Kepala Sub.Direktorat Pengelolaan Barang dan Kemasan Ditjen Pengelolaan Sampah, Limbah, Bahan Beracun dan Berbahaya (PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Ujang Solihin Sodiq menyampaikan hierarki pengelolaan sampah menjadi fondasi pengelolaan sampah berkelanjutan. Merujuk pada piramida terbaik hierarki, diurutkan dari kegiatan pengelolaan sampah paling ramah dan tidak ramah lingkungan.
"Membuat pengelolaan sampah yang benar paling tidak ada beberapa hal yang dipahami. Yakni, mencegah sampah timbul, minimum dampak terhadap lingkungan dan kesehatan manusia," katanya pada kesempatan yang sama.
Ujang juga mengutip prinsip ekonomi sirkular dari Ellen MacArthur Foundation. Terdapat tiga hal utama, yakni regenerate natural system, design out waste and pollution, dan keep products and materials in use.
"Kita mengomposkan sampah makanan itu bagian dari regenerate natural system. Composting itu bagian penting dari circular economy, tidak hanya urusan sampah plastik karena dengan kompos kita meregenerasi sistem alami. Kita jadikan kompos, media tanam, dikembalikan ke lingkungan," ungkap Ujang.
Advertisement
Terus Berputar
Selanjutnya design out waste and pollution, dikatakan Ujang, setiap barang dan produk kemasan yang dihasilkan pelaku bisnis hingga produsen seharusnya dirancang untuk tidak menghasilkan sampah dan mengakibatkan polusi. "Harusnya kemasan bisa didaur ulang dan layak daur ulang sehingga tidak jadi sampah," tambahnya.
"Kemasan itu jangan hanya sekali pakai, nanti jadi sampah. Kenapa pembatasan single use plastic itu bagian penting dari circular economy, karena barang dan kemasan yang tidak masuk circular economy harus dieliminasi," tutur Ujang.
Poin terakhir, keep products and materials in use. Prinsip ini berarti menjaga produk dan material selalu dipakai terus.
"Plastik didaur ulang jadi bahan baku plastik, kertas didaur uang jadi bahan baku kertas, makanan didaur ulang menjadi kompos, terus berputar," lanjutnya.
Infografis Timbulan Sampah Sebelum dan Sesudah Pandemi
Advertisement