Liputan6.com, Jakarta - Indonesia saat ini memiliki kekuatan besar terutama dari sisi digital karena memiliki kekuatan demografis dengan 202,6 juta pengguna internet pada Januari 2021.
Hal itu disampaikan Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G Plate dalam konferensi internasional bertajuk Comnews (Conference on Communication and New Media Studies) 2021 yang digelar Universitas Multimedia Nusantara (UMN), pada Selasa (5/10/2021).
Baca Juga
Advertisement
Menurutnya, untuk memastikan kesiapan digital jutaan warga Indonesia, pemerintah fokus pada pembangunan besar-besaran infrastruktur digital dan penyiapan Undang-Undang.
“Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) juga terus membangun infrastruktur digital di seluruh Indonesia, di pedesaan dan daerah tertinggal," kata Johnny, dalam keterangan persnya, Selasa (5/10/2021).
Selain mengembangkan infrastruktur, pemerintah juga fokus pada bagaimana mengatur tata kelola aturan hukum digital yang baik.
"Pemerintah kini sedang mengejar target 83 ribu desa terkoneksi 4G," tambahnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Perkembangan teknologi berdampak pada aspek sosial-budaya dari komunikasi
Dalam sambutan pembuka acara tersebut, rektor Universitas Multimedia Nusantara Ninok Leksono mengatakan tantangan komunikasi digital di masa pandemi Covid-19 akan menguji infrastruktur komunikasi digital.
Ninok menjelaskan bahwa perkembangan teknologi khususnya media baru mendisrupsi kedigdayaan media lama dan berdampak pada aspek sosial-budaya dari komunikasi.
"Dampaknya tidak hanya bagaimana masyarakat mengonsumsi media, melainkan juga bagaimana masyarakat berkomunikasi. Pandemi ini menimbulkan tantangan-tantangan dalam komunikasi digital," jelasnya.
Melalui konferensi ini, Ninok berharap para presenter dapat saling berbagi cara berkomunikasi yang lebih baik di era pandemi ini.
Advertisement
Percepatan komunikasi digital tak lepas dari pandemi Covid-19
Di kesempatan yang sama, manajer The World Bank (1996-2003) dan Perwakilan FAO (2003-2005) Ronny Adhikarya menegaskan bahwa percepatan komunikasi digital yang terjadi saat ini tidak lepas dari pandemi Covid-19.
Transformasi yang terjadi ke arah digital ini memiliki dua sisi mata uang. Satu sisi mata uang akan mempercepat perkembangan dari industri 4.0 ke smart-society 5.0. Di sisi lain, ada tantangan yang muncul, misalnya gangguan kecanduan internet (internet adiktif disorder/IAD).
“Kita harus mendapatkan tidak hanya vaksin Covid-19, tetapi juga imunisasi komunikasi dan imunisasi kepercayaan. Konsep dan metode sosialisasi dari imunisasi komunikasi dan kepercayaan ini harus dimasukkan ke dalam pendidikan transdisipliner dan kurikulum di semua tingkatan,” saran Ronny.
Adanya tren sinema digital di Asia Tenggara
Lebih lanjut, dekan College of Mass Communication University Filipina, Arminda V. Santiago membagikan penelitiannya tentang media yang muncul dan tren sinema digital di Asia Tenggara.
Ia menunjukkan bahwa saat ini para pemangku kepentingan terlalu banyak fokus pada bagaimana teknologi berkembang dari waktu ke waktu tetapi melupakan dampak yang ditimbulkan teknologi terhadap manusia.
Dosen Australian National University, Ross Tapsell juga meminta masyarakat untuk merenungkan ungkapan dari cendekiawan terkenal Marshall McLuhan: media adalah pesannya. Dia membahas bahwa dunia sedang dibentuk kembali melalui teknologi media baru terlebih dahulu sebelum konten.
Sementara itu, wakil pemimpin redaksi Kompas, Tri Agung KristantoTri Agung Kristanto menegaskan bahwa disrupsi digital tidak mematikan media massa. Menurutnya, media jatuh karena kegagalan untuk menanggapi perubahan dan salah urus.
Memasuki acara ketiga, Comnews 2021 mengangkat tema utama “Digital Communication in an Era of Uncertainty.”
Advertisement