Melbourne Jadi Kota Terlama Lockdown Kalahkan Buenos Aires

Sejak pandemi Covid-19 hingga saat ini, Melbourne sudah menerapkan enam kali lockdown.

oleh Komarudin diperbarui 06 Okt 2021, 10:30 WIB
Orang-orang melintasi Bourke Street di Melbourne, Australia, Kamis (30/9/2021). Infeksi Covid-19 di Melbourne melonjak ke level rekor dengan sebanyak 1.438 infeksi baru ditemukan di kota terbesar kedua Australia itu. (Daniel Pockett/AAP Image via AP)

Liputan6.com, Jakarta - Melbourne mendadak jadi perbincangan usai disebut sebagai kota terlama yang menerapkan lockdown atau kuncitara. Seorang warga di Victoria terpaksa tinggal di Melbourne selama 245 hari karena kebijakan kuncitara selama pandemi. Ini adalah penguncian kumulatif terpanjang untuk kota mana pun di dunia.

Buenos Aires sebelumnya memegang rekor. Kota di Argentina itu bertahan selama 234 hari lockdown dari 20 Maret hingga 11 November 2020, dan lockdown selama 10 hari dari 21 Mei hingga 31 Mei 2021, mengutip laman abc.net.au, Selasa, 5 Oktober 2021.

Ibu kota Argentina tinggal 244 hari dalam penguncian, area regional di luar kota menikmati pembatasan yang dilonggarkan di berbagai periode. Hal tersebut tidak berbeda dengan yang ada di regional Victoria.

Rekor Melbourne akan lebih panjang terkait lockdown Covid-19 karena negara bagian itu baru akan mencapai target 70 persen vaksinasi dua dosis pada 26 Oktober 2021. Berikut enam periode lockdown bagi warga Melbourne untuk tinggal di rumah.

Lockdown 1: 30 Maret hingga 12 Mei 2020 — 43 hari

Lockdown 2: 8 Juli hingga 27 Oktober 2020 —111 hari

Lockdown 3: 12 - 17 Februari 2021 —5 hari

Lockdown 4: 27 Mei - 10 Juni 2021 — 14 hari

Lockdown 5: 15 - 27 Juli 2021 — 12 hari

Lockdown 6: 5 Agustus - 26 Oktober 2021 — 82 hari. Itu berarti warga Victoria akan tinggal 267 hari dalam penguncian sebelum pembatasan dan alasan meninggalkan rumah dicabut lagi.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Sembilan Bulan Bebas Covid-19

Jalan Swanston yang kosong pada malam hari di kawasan pusat bisnis Melbourne selama lockdown, Rabu (5/8/2020). Negara bagian Victoria, hotspot COVID-19 di Australia, melakukan lockdown dan menutup bisnis ritel sebagai upaya mengekang penyebaran virus corona. (AP Photo/Asanka Brendon Ratnayake)

Seperti dilaporkan The Age, lockdown membuat negara mengalami nasib buruk. Wabah menyebar di antara kota yang paling rentan dan meledak ketika di negara bagian lain Covid-19 mereda.

"Jujur, sulit untuk memercayai peran yang dimainkan oleh keberuntungan," kata dr. Driss Ait Ouakrim, seorang ahli epidemiologi dan pemodel COVID-19 di University of Melbourne. Ia menilai ada kekurangan dalam sistem kesehatan, seperti kesalahan yang dibuat terkait karantina di hotel.

"Cukup jelas bagi saya: kami memiliki strategi, sejak awal pandemi, penekanan sangat ketat, jika bukan eliminasi. Dan kami melakukannya tahun lalu, dengan sangat sukses. Dan itu memberi kami sembilan bulan kehidupan bebas Covid," kata dr. Ait Ouakrim.

Kebijakan Victoria memiliki pro dan kontra, kata ahli epidemiologi. Yang jelas, mereka harus mencegah kematian yang sangat besar dari wabah yang tidak terkendali.

"Sangat frustrasi ketika mendengar seseorang mengatakan, kami tidak melakukan apa-apa. Tidak, kami melakukan itu untuk mencegah banyak kematian," Dr Ait Ouakrim menjelaskan.


Soal Cuaca

Seorang pria berjalan di jalan yang sepi selama aturan jam malam di Melbourne, pada Selasa (17/8/2021). Kota terbesar kedua di Australia itu memberlakukan pembatasan tinggal di rumah pada pukul 9 malam hingga 5 pagi untuK meredam lonjakan Covid-19 varian Delta. (William WEST/AFP)

Wabah 2020 dan 2021 melanda di Victoria bagian utara dan barat, di mana ada keluarga lebih besar. Selain itu, lebih banyak orang yang bekerja yang berarti mereka tidak dapat tinggal di rumah, populasi lebih muda dan lebih banyak bergerak, banyak kerugian dan tingkat vaksinasi yang rendah.

"Kondisi itu cukup menantang bagi orang-orang yang kurang beruntung secara sosial-ekonomi. Mereka harus bekerja di masyarakat selama lockdown," Associate Professor James Wood, seorang ahli matematika di Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas New South Wales University mengatakan kepada The Age pada September 2021.

Profesor James Trauer, kepala pemodelan epidemiologi di Sekolah Kesehatan Masyarakat Monash University, menduga cuaca berperan besar dalam apa yang terjadi di Melbourne. Ia berpikir hal itu sebagai bagian dari pola global.

"Kota-kota beriklim sedang, jauh dari khatulistiwa, di musim dingin, memiliki masalah yang jauh lebih besar dengan Covid daripada daerah tropis dan yang berpenduduk lebih sedikit. Itu membuat kami memiliki lebih banyak masalah secara keseluruhan," kata dia.


Infografis Indonesia Australia

Hubungan Indonesia Australia (Liputan6.com/Trieyas)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya