Mengintip Kondisi Bursa di Tengah Era Transformasi Digital

Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi mengatakan Bursa telah mengadopsi transformasi digital untuk adaptasi perkembangan teknologi.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 06 Okt 2021, 10:19 WIB
Direktur Utama BEI Inarno Djajadi memamarkan penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Jumat (28/12). Inarno mengatakan, jumlah etimen tahun 2018 tertinggi sejak privatisasi BEI pada tahun 1992. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Digitalisasi menjadi topik yang ramai dibahas saat ini. Hal itu turut didorong oleh pandemi covid-19, di mana pemerintah menerapkan pembatasan sosial. Sehingga dalam melakukan kegiatan sehari-hari kini acap mengandalkan teknologi digital.

Merespons itu, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Inarno Djajadi mengatakan Bursa telah mengadopsi transformasi digital, baik dalam operasional Bursa, maupun layanan kepada stakeholder atau pemangku kepentingan.

"Menanggapi pandemi covid-19 dan transformasi digital, BEI telah memasukkan teknologi digital dalam operasi bisnis dan layanan kami kepada seluruh pemangku kepentingan. Hasilnya di industri sangat memuaskan,” kata dia dalam The 7th Indonesian Finance Association (IFA) International Conference, Rabu (6/10/2021).

Ia membeberkan kondisi Bursa terkini. Dalam catatannya, hingga Senin, 4 Oktober 2021, IHSG tembus 6,08 persen year to date (ytd). Rata-rata perdagangan pada 2021 mencapai 89 persen dibandingkan angka tahun lalu, atau menjadi 1,2 juta perdagangan per hari.

"Rata-rata nilai perdagangan pada 2021 mencapai Rp 13,2 triliun rupiah per hari, dan ini menjadi transaksi harian tertinggi yang pernah ada di BEI,” imbuhnya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Ada Perubahan Gaya Hidup

Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Peningkatan perdagangan ini, lanjut Inarno, antara lain dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup masyarakat di masa pandemi.

Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM mengalihkan perilaku masyarakat dari kegiatan offline ke online. Termasuk meningkatnya jumlah aplikasi perdagangan online, membuat pasar modal semakin mudah diakses kapan saja dan di mana saja.

"Dalam pandangan kami, kaum muda Indonesia atau yang biasa disebut milenial juga semakin sadar akan perencanaan masa depan dan mereka mencari investasi di pasar modal karena kemudahan akses dan hambatan masuk yang rendah,” kata Inarno.

Ia mengakui, penggunaan teknologi di era kenormalan baru memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan investor sejak tahun lalu.

Teknologi memungkinkan Bursa menjangkau banyak calon investor baru di manapun dalam waktu yang sangat singkat dan dengan biaya yang lebih rendah.

"Jumlah investor baru atau SID dalam delapan bulan terakhir pada 2021 mencapai rekor baru 1 juta investor saham baru,” ungkapnya.

Merujuk data KSEI per Agustus 2021 tercatat jumlah investor dalam C-BEST sebanyak 2,7 juta investor. Naik 59,14 pesan dari posisi akhir 2020 sebanyak 1,7 investor. Sementara dari sisi penawaran, hingga saat ini, ada 38 listing baru.

"Termasuk IPO unicorn Indonesia tech pertama bulan lalu,” tandasnya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya