Liputan6.com, Jakarta Tren produk perawatan kulit (skincare) terus meningkat dari waktu ke waktu. Hal itu tentunya sejalan dengan meningkatnya keinginan konsumen, untuk mendapatkan produk skincare terbaiknya.
Skincare yang makin dicari dan dinilai terbaik serta efektif memperbaiki sejumlah masalah kesehatan kulit adalah, produk skincare yang terbuat dari alami (natural skincare).
Advertisement
Bicara tentang produk natural, BHUMI Skincare yang merupakan produk lokal ini diincar kaum hawa. Kesuksesannya merebut pasar di industri kecantikan Tanah Air bukan semudah membalikkan telapak tangan.
Dan bohong rasanya, jika nggak ada hal yang dikorbankan. Perjalanannya selama lima tahun di dunia kecantikan bisa berhasil seperti sekarang ini berkat tangan dingin Ahmad Rashed.
Ahmad Rashed adalah Co-founder dan Chief Operational Officer (COO) BHUMI. Sebelum berada di posisi tersebut, Ahmad bekerja sebagai pengacara di di salah satu Law Firm Top 10 di Jakarta
"Pada 2014 adalah tahun awal saya bekerja sebagai pengacara yang fokus pada menangani culture company dan lebih ke arah hukum perusahaan. Kemudian saya keluar dari lawfirm tersebut dan mendirikan BHUMI bersama kakak perempuan saya (Rizkia Rashed, Founder BHUMI)," kata Ahmad saat berbincang dengan Tim Liputan6.com, Selasa (5/10).
Keluar dari kantor tempatnya bekerja, tepatnya pada akhir 2016, di kamar kos berukuran 3x3 meter kubik, Ahmad mulai mengembangkan produk-produk BHUMI, dengan mengandalkan bahan bermutu tinggi, seperti minyak esensial organik dan bahan aktif alami lainnya.
Untuk mengembangkan bisnis ini, Ahmad mengaku nggak bisa bekerja sendiri. Selain kerja bareng sang kakak, Ahmad mempekerjakan satu orang yang bertugas sebagai admin.
Bermodal 'berani dan yakin aja dulu' bahwa produk BHUMI memberikan kualitas terbaik, Ahmad mulai mengikuti bazar di sejumlah mal di Jakarta. Nah, menyoal strategi bisnis, pria berusia 29 tahun ini mengatakan, sejak resmi dirilis pada 2017 hingga 2019, BHUMI mencari pelanggannya secara organik.
"Kami nggak ada aktivitas marketing. Nggak ada ads, kami kembangin sendiri bisnis modelnya. Kami nggak ada pendekatan ke reseller atau ke toko beauty. Jadi memang marketingnya organik karena yang mencoba dari teman ke teman, kami kirim produk dan mereka suka, the power of word mouth," jelas Ahmad yang sempat mengakui bahwa uang hasil usahanya sebesar Rp150 juta, nyaris dibawa kabur oknum.
Sempat 'Insecure' Jalani Bisnis Kecantikan
Melepas pekerjaan sebagai pengacara dan banting setir menjadi seorang pengusaha di bidang kecantikan, bagi Ahmad bukan hal yang mudah.
Sebelum memutuskan keluar dari kantornya, Ahmad pun sempat dilema. Namun di satu sisi, passion-nya untuk berinovasi lewat produk dan menjadi pengusaha bergejolak.
"Waktu resign usia saya 24 tahun. Di umur produktif itu saya career minded banget dan insecure karena kok pria bikin produk kecantikan. Kalau resign, i will lose that kind of privilege seperti pada umumnya orang yang bekerja di Jakarta," ujar Ahmad.
Akan tetapi, dengan langkah pasti, pria lulusan S1 Fakultas Hukum Universitas Indonesia itu, serius mengembangkan BHUMI. Di tahun pertama dan kedua bagi Ahmad menjadi waktunya buat belajar tentang bisnis.
Pusing jalankan bisnis, diakuinya. Khawatir terhadap perkembangan bisnis, dirasakan Ahmad. Apalagi dia mengaku nggak punya bekal ilmu berbisnis yang pasti.
"To be very honest, pusing banget, ada rasa ingin berhenti. Merasa nggak cocok dan ingin berhenti karena nggak terlalu paham skincare. Akhirnya saya ngobrol ke partner bisnis bahwa yang mesti saya siapkan adalah kemampuan saya menganalisis. Lalu saya bertemu teman saya yang bilang kalau di dunia kecantikan itu 60% COO aBdalah pria," cerita Ahmad.
Advertisement
Omzet Miliaran Rupiah per Bulan
Kekhawatiran dan insecure yang dirasakan Ahmad selama menjalankan BHUMI berhasil ditepisnya. Itu karena Ahmad memegang keyakinan bahwa bisnis kosmetik yang dijalankannya dapat berkembang.
Ya, Ahmad yakin bahwa BHUMI sebagai produk lokal dapat bersaing dengan produk luar negeri. Benar saja, semua produk yang diproduksi BHUMI berstandar GMP (Good Manufacturing Practice) dan ISO (International Organization for Standardization), serta menerima sertifikat organik dari USDA, dapat bersaing dengan barang luar negeri.
Selain itu, produk BHUMI bahkan dilirik oleh jaringan toko perawatan kesehatan dan kecantikan terbesar di Asia, Watson. BHUMI Skincare menjadi brand lokal indie pertama yang mendapatkan kontrak eksklusif dengan Watsons pada 2018.
Di tahun yang sama, skincare lokal yang mengusung tagline Evolution of Goodness ini berhasil tembus ke luar negeri. Yup, ekspansi dilakukan ke Malaysia.
"Sekarang kami sudah ngembangin ke beberapa channel penjual online di South East Asia, seperti Singapura, Filipina, Brunei Darussalam, Thailand. Semua sudah ada store virtual-nya," kata pria kelahiran 1992 ini.
Sejak awal didirikan, BHUMI yang omzetnya Rp3 juta per bulan, kini meningkat pesat. Omzet Bhumi saat ini sudah mencapai miliaran rupiah per bulan. Karyawan yang semula hanya tiga orang, kini bertambah menjadi 20 orang.
"Keberhasilan ini di luar ekspektasi kami. Bahkan kini, kami mau tambah 10 orang untuk menjadi karyawan," katanya.
Yup, keberhasilan Ahmad membesarkan BHUMI tak berhenti sampai di sini saja. Melihat kesuksesan BHUMI Skincare, kini Ahmad sedang mempersiapkan sister brand bernama Beneath!
"Beneath merupakan skincare vegan dengan konsep yang jauh lebih inovatif dan cheerful dari segi packaging. Kalau dari ingredients, masih tetap sama yaitu produknya dari bahan alami," jelas pria kelahiran Bojonegoro itu.
Ahmad juga menjelaskan, jika BHUMI dihadirkan sebagai skincare premium bagi young mom, career woman, Beneath dapat digunakan bagi para remaja dan harganya juga affordable.
"Target pasar kami, Beneath untuk usia 17-24 tahun dan maksimal 30 tahun juga bisa. Kalau BHUMI untuk usia 25-40 tahun," ungkapnya.
Ahmad berharap, hadirnya BHUMI dan sebagai skincare lokal dapat menjadi pilihan gaya hidup sehat sehari-hari, sekaligus menjadi brand kebanggaan Indonesia yang mendunia.
(*)