Liputan6.com, Jakarta - WhatsApp mengimbau masyarakat secara aktif melaporkan akun-akun yang menyebarkan hoaks, sebagai salah satu cara memutus mata rantai misinformasi di Indonesia.
Manajer Kebijakan Publik WhatsApp untuk Indonesia, Esther Samboh, mengaku WhatsApp tidak bisa membaca pesan yang dikirim pengguna dalam aplikasinya, sehingga lebih sulit untuk mengawasi peredaran hoaks.
Baca Juga
Advertisement
"Dengan adanya enkripsi end to end, WhatsApp sendiri tidak bisa membaca pesan-pesan yang beredar di dalamnya," kata Esther dalam konferensi pers virtual, Selasa (6/10/2021).
Meskipun begitu, Esther mengatakan bahwa aplikasi milik Facebook itu sebenarnya sudah menyertakan fitur seperti pelaporan, serta memberikan penanda agar pengguna lebih berhati-hati terhadap pesan yang ia terima.
"WhatsApp itu ada fitur yang sebenarnya sudah cukup banyak diketahui, tetapi banyak juga yang belum memanfaatkan fitur-fitur tersebut. Contohnya pelaporan dan blokir," ujarnya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pelaporan Pesan
Esther menjelaskan, WhatsApp memiliki teknologi yang bekerja selama 24 jam selama tujuh hari untuk mendeteksi laporan yang masuk.
"Jadi kalau kita ketemu hoaks, kita tidak ada inisiatif untuk melaporkan, memblokir, itu kita tidak memutus mata rantainya," kata Esther.
"Bagus untuk kita punya awareness untuk tidak langsung percaya, tetapi kalau mau level up lagi dan berkontribusi ke sekeliling, laporkanlah pesan tersebut, laporkanlah akun tersebut, supaya WhatsApp juga bisa membantu."
Selain itu, Esther juga mengatakan bahwa WhatsApp sudah memiliki "kode-kode" yang sudah disertakan di dalam aplikasi, misalnya seperti "forwarded label."
"Kalau misalnya sudah ada 'forwarded label' itu kode dari WhatsApp untuk memberitahu bahwa pesan itu tidak dikirimkan oleh kontak kita. Jadi coba deh dicari tahu dulu kebenarannya," kata Esther.
Menurut Esther label "forwarded" masih dapat diteruskan ke lima chat sekaligus dan tidak lebih, sementara "forwarded many times" hanya bisa diteruskan sekali.
"Dengan pembatasan dari kemampuan pengguna untuk meneruskan itu, sudah menurunkan pesan-pesan viral atau yang diteruskan berkali-kali, sebesar 75 persen, secara umum dan secara global."
Advertisement
Kerja Sama dengan Fact Checker
WhatsApp pun juga menyatakan sudah bekerja sama dengan fact checker pihak ketiga, sebagai salah satu bentuk memerangi hoaks yang beredar di aplikasinya.
"Kita ada kemitraan sama third party fact checker atau organisasi cek fakta di Indonesia, dalam mengembangkan chat bot," kata Esther.
Menurutnya, cara ini cukup mudah untuk membantu mereka yang berusia lebih tua, yang biasanya lebih sulit untuk diberikan suatu informasi yang rumit.
"Di Indonesia ada Mafindo, Liputan6.com, dan Tempo yang punya chat bot ini," kata Esther.
"Ini macam-macam caranya, bisa kita langsung forward ke nomornya untuk chat bot tersebut melakukan pengecekan fakta. Bisa kita cek berdasarkan keyword atau kata kunci."
(Gio/Ysl)
Infografis Cek Fakta
Advertisement