Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi hadir dalam pembukaan acara Regional Conference on Humanitarian Assistance (RCHA). Acara ini turut berfokus pada aliran bantuan kemanusiaan yang tersendat di tengah pandemi COVID-19.
Menlu menyebut akses bantuan penting bagi Asia dan Pasifik yang rentan terkena bencana, serta seperempat konflik dunia juga terjadi di kawasan ini. Selain itu, ada 4,4 juta pengungsi di kawasan.
Advertisement
"Kondisi yang menekan ini ditambah buruk oleh pandemi COVID-19," ujar Menlu Retno, Rabu (6/10/2021).
Menlu Retno tak hanya menyorot aktivis di level internasional, tetapi juga level daerah. Ia menjelaskan bahwa kearifan lokal memegang peranan penting dalam penyaluran bantuan yang tetap sasaran.
"Kearifan lokal memandu aktor-aktor kemanusiaan dalam menyediakan bantuan yang relevan dan cocok sesuai konteks nasional dan lokal," kata Menlu Retno.
"Tanpa mereka, bantuan kemanusiaan tidak akan sepenuhnya memenuhi kebutuhan masyarakat di level lokal."
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tak Bisa Business As Usual
Dalam akses pertolongan, Menlu Retno berkata dunia tak bisa lagi bekerja "business as usual." Ia bercermin dari pandemi COVID-19 yang memberikan dampak yang tak pernah terjadi sebelumnya, sehingga butuh pula respons yang belum pernah ada sebelumnya.
Menlu menyorot perlu ada transformasi kemitraan yang lebih kuat untuk memastikan bantuan bisa mencapai sasarannya.
Inilah mengapa acara RCHA penting karena dinilai menjadi ajang para petugas dan aktivis kemanusiaan untuk saling berkoneksi.
Pihak-pihak tersebut mulai dari Palang Merah Indonesia, Bulan Sabit Merah, serta berbagai badan amal.
Menlu Retno berkata kolaborasi mereka dengan pemerintah sangat penting untuk membantu masyarakat luas.
Advertisement