Penurunan Muka Tanah di Pekalongan Sangat Besar, Melebihi Jakarta dan Semarang

Salah satu faktornya adalah lapisan tanah yang menyusun daerah di sepanjang Pantura, seperti di Pekalongan, didominasi oleh tanah lempung yang cenderung lunak.

oleh Yopi Makdori diperbarui 06 Okt 2021, 13:19 WIB
Usai fenomena Super Blue Blood Moon, ribuan rumah di Pekalongan, Jawa Tengah, terendam banjir, sedangkan ratusan pelajar gagal ujian. (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Profesor Riset Bidang Meteorologi pada Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN, Eddy Hermawan menyebut ketimbang kenaikan muka air laut, penurunan tanah atau (landsubsidence) cenderung menjadi faktor utama terendamnya sejumlah wilayah di Pantai Utara Jawa (Pantura).

Wilayah di Pantura yang paling mengalami penurunan tanah adalah Pekalongan. Di sana, kata Eddy, laju penurunan muka tanah mencapai 11 sentimeter per tahun.

"Yang sangat besar adalah justru Pekalongan, itu sekitar 11 sentimeter per tahun. Dibandingkan Kota Semarang itu berkisar 0,9-6 sentimeter per tahun," ujar Eddy dalam webinar, Rabu (6/10/2021).

Laju penurunan muka tanah di Jakarta sendiri hanya berkisar 0-8 sentimeter per tahun.

Menurut Eddy terdapat sejumlah faktor yang memicu hal tersebut. Salah satunya lantaran lapisan tanah yang menyusun daerah di sepanjang Pantura didominasi oleh tanah lempung yang cenderung lunak. Di tambah eksploitasi air tanah serta pendirian bangunan yang menekan struktur tanah ke lapis bawah.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Dampak Lebih Luas

Jika penurunan muka tanah dan kenaikan muka air laut digabungkan, maka menurut Eddy, hal itu makin memberikan dampak terendamnya beberapa daerah di wilayah tersebut.

"Tampaknya bahwa kombinasi antara landsubsidence dengan sea level rise itu memberikan dampak yang sangat lebih luas," ujarnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya