Utusan PM Inggris Bicara dengan Taliban di Afghanistan, Ini Fokusnya

Inggris mengadakan pembicaraan dengan pihak Taliban di Afghanistan.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Okt 2021, 16:41 WIB
Pejuang Taliban menguasai Istana Kepresidenan Afghanistan di Kabul, Afghanistan, Minggu (15/8/2021). Taliban menduduki Istana Kepresidenan Afghanistan setelah Presiden Afghanistan Ashraf Ghani melarikan diri dari negara itu. (AP Photo/Zabi Karimi)

Liputan6.com, Kabul - Utusan khusus Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson mengadakan pembicaraan dengan anggota senior pemerintah baru Taliban di Kabul, Afghanistan.

Dilansir dari laman Al Jazeera, Rabu (6/10/2021), pegawai negeri senior, Simon Gass bertemu dengan Wakil Perdana Menteri pemerintahan Taliban Abdul Ghani Baradar dan Abdul Salam Hanafi pada hari Selasa, ujar kantor luar negeri Inggris.

Pertemuan mereka membahas bagaimana Inggris dapat membantu Afghanistan mengatasi krisis kemanusiaan yang semakin parah, terorisme dan kebutuhan akan perjalanan yang aman bagi mereka yang ingin meninggalkan negara itu.

"Mereka juga menyinggung perlakuan terhadap minoritas dan hak-hak perempuan dan anak perempuan," kata juru bicara pemerintah Inggris.

"Pemerintah (Inggris) terus melakukan semua yang dapat dilakukan untuk memastikan perjalanan yang aman bagi mereka yang ingin pergi, dan berkomitmen untuk mendukung rakyat Afghanistan."

Gass didampingi oleh kuasa usaha Misi Inggris untuk Afghanistan di Doha.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Fokus Menghidupkan Kembali Hubungan Diplomatik

Pedagang penukaran uang Afghanistan menunggu pelanggan di halaman pasar pertukaran mata uang Sarai Shahzada, menyusul pembukaan kembali bank dan pasar setelah Taliban mengambil alih kekuasaan di Kabul, pada Sabtu (4/9/2021). (AP Photo/Wali Sabawoon)

Abdul Qahar Balkhi selaku juru bicara kementerian luar negeri Taliban, mengatakan pertemuan itu "berfokus pada diskusi rinci tentang menghidupkan kembali hubungan diplomatik antara kedua negara".

Ia menambahkan bahwa menteri luar negeri Afghanistan ingin Inggris untuk memulai babak baru hubungan konstruktif.

"Saya pikir inilah yang dilakukan komunitas internasional, menggunakan fakta pengakuan internasional terhadap Taliban sebagai badan hukum resmi negara ini, untuk mencoba dan menekan kelompok itu agar mematuhi norma-norma tertentu yang ingin mereka lihat," ujar Dekker.

"Kami berada di saat Taliban mencari legitimasi internasional ini, mereka membutuhkan jutaan dolar dana untuk membantu memajukan negara ini," tambahnya, mengutip situasi ekonomi yang mengerikan di Afghanistan, dan kekhawatiran tentang kekeringan dan kelaparan.

"Apa yang Anda lihat adalah tarian politik," kata Dekker. "Saya tidak berpikir itu berarti mereka hampir secara resmi mengakui mereka sebagai pemerintah, tetapi dialog sedang berlangsung."

 

Reporter: Ielyfia Prasetio

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya