Cegah Tenggelam, Penurunan Tanah di DKI Jakarta Perlu Direm

Penurunan muka tanah paling tinggi ditemui justru di Pekalongan, Jawa Tengah. Laju penurunan muka tanah di sana mencapai 11 sentimeter per tahun.

oleh Yopi Makdori diperbarui 06 Okt 2021, 18:26 WIB
Kendaraan bermotor melintasi jalan yang tergenang air rob (banjir pasang air laut) di Kawasan Pasar Ikan Muara Baru, Jakarta, Kamis (4/6/2020). Banjir rob di Pelabuhan Muara Baru tersebut terjadi akibat cuaca ekstrem serta pasangnya air laut. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Profesor Riset Bidang Meteorologi pada Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN, Eddy Hermawan menyampaikan bahwa faktor utama tenggelam sejumlah kota di Pesisir Utara Jawa (Pantura), termasuk Jakarta lantaran penurunan muka tanah (landsubsidence). Untuk itu dia menekankan agar penurunan tanah di Jakarta dan wilayah Pantura lain segera direm.

"Jakarta memang memiliki potensi tenggelam bukan hanya faktor sea level rise semata yang itu memang hanya kecil sekitar 3 milimeter per year. Yang sangat-sangat berpengaruh di Jakarta dan Pantura pada umumnya adalah landsubsidence yang ini memang sudah tak bisa dikendalikan," kata Eddy dalam sebuah webinar, Rabu (6/10/2021).

"Terbukti dari hasil mapping Kementerian ESDM 2019 dan juga beberapa kajian hasilnya adalah landsubsidence perlu direm kalau tidak maka sea level rise akan naik dan efeknya akan besar bagi masyarakat," sambungnya.

Dia menuturkan penurunan muka tanah paling tinggi ditemui justru di Pekalongan, Jawa Tengah. Laju penurunan muka tanah di sana mencapai 11 sentimeter per tahun.

"Yang sangat besar adalah justru Pekalongan, itu sekitar 11 sentimeter per tahun. Dibandingkan Kota Semarang itu berkisar 0,9-6 sentimeter per tahun," ujar Eddy.

Laju penurunan muka tanah di Jakarta sendiri hanya berkisar 0-8 sentimeter per tahun.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Faktor Penurunan Tanah

Menurut Eddy terdapat sejumlah faktor yang memicu hal tersebut. Salah satunya lantaran lapisan tanah yang menyusun daerah di sepanjang Pantura didominasi oleh tanah lempung yang cenderung lunak. Di tambah eksploitasi air tanah serta pendirian bangunan yang menekan struktur tanah ke lapis bawah.

Jika penurunan muka tanah dan kenaikan muka air laut digabungkan, maka menurut Eddy hal itu makin memberikan dampak terendamnya beberapa daerah di wilayah tersebut.

"Tampaknya bahwa kombinasi antara landsubsidence dengan sea level rise itu memberikan dampak yang sangat lebih luas," ujarnya.

Eddy menerangkan bahwa penurunan juga bukan hanya didapati pada pesisir utara Jawa, melainkan pula pada sejumlah pulau di Tanah Air.

"Dan juga di Kalimantan Selatan, itu pun harus mendapat perhatian yang lebih," katanya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya