Kondisi Terkini Desa Trunyan Bali Setelah Digoyang Gempa

Setelah ikut membantu mengevakuasi korban gempa, masyarakat sudah mulai beraktivitas kembali.

oleh Komarudin diperbarui 24 Okt 2021, 03:31 WIB
Salah satu pemandangan di Desa Trunyan, Kintamani, Bangli, Bali (dok.Nyoman Sukma Arida)

Liputan6.com, Jakarta - Nama Desa Trunyan mendadak mencuri perhatian publik usai gempa dengan magnitudo 4,8 mengguncang Bali, Sabtu (16/10/2021). Gempa mengakibatkan tanah longsor dan menimbun rumah warga di sana.

"Kondisi rumah yang tertimbun ada dua rumah, terutama akibat longsor. Kondisi di Trunyan saat ini masih ada titik-titik longsor," ujar Kepala Desa Trunyan, Wayan Arjana saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu (16/10/2021).

Arjana mengatakan, saat ini aktivitas warga sudah berjalan seperti biasanya. Mereka menjalani aktivitasnya sehari-hari.

"Tadi pagi masyarakat sudah membantu evakuasi korban, tapi karena medannya sulit, maka tidak bisa dengan manual. Kita sedang menunggu alat berat," ujar Arjana.

Arjana mengatakan akibat gempa yang disertai longsor ada dua orang meninggal dunia. "Sementara dua orang yang mengalami luka-luka saat ini sedang menjalani perawatan di Rumah Sakit Bangli," kata Arjana.

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.


Desa Trunyan

Danau Batur berubah warna

Desa Trunyan terletak di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali. Desa ini merupakan salah satu desa adat sekaligus desa tertua di Pulau Dewata.

Menurut laman Indonesia.go.id, berlokasi di tepi timur Danau Batur, untuk menuju lokasi desa ini harus menggunakan perahu menyusuri lereng Bukit Abang, di tepi Danau Batur sekitar 45 menit.

Di Desa Trunyan, bukan saja bisa disaksikan praktik keagamaan Hindu-Trunyan, tapi juga bisa disaksikan tradisi pemakaman yang unik. Namanya Mepasah, model pemakaman ini telah dilakukan turun-temurun.

 


Cara Pemakaman

Kuburan Trunyan di Bali merupakan sebuah kuburan yang membuat bulu kuduk berdiri. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Masih menurut laman Indonesia.go.id, di Desa Trunyan, mayat tidaklah pernah dibakar melalui ritual Ngaben seperti umumnya masyarakat di Pulau Bali. Di sini mayat sengaja dibiarkan membusuk di permukaan tanah dangkal berbentuk cekungan panjang di bawah udara terbuka.

Merujuk penelitian etnografis Danandjaja, cara pemakaman orang Trunyan sebenarnya ada dua macam. Pertama, diletakkan di atas tanah di bawah udara terbuka atau kubur angin. Kedua, masyarakat Trunyan juga mengenal pemakaman dengan cara dikebumikan atau kubur tanah.

Istilah Mepasah sendiri, merujuk riset lapangan Danandjaja ialah istilah yang diberikan oleh masyarakat Hindu-Bali. Bukan berasal dari pemberian nama oleh masyarakat Trunyan sendiri.


Infografis Bali Siap Sambut Kedatangan Kembali Wisatawan Mancanegara

Infografis Bali Siap Sambut Kedatangan Kembali Wisatawan Mancanegara. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya