Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak turun hampir 2 persen pada perdagangan Rabu setelah mencapai level tertinggi multi-tahun. Turunnya harga minyak ini karena kenaikan tak terduga dalam persediaan minyak mentah AS mendorong pembeli untuk mengambil nafas setelah kenaikan baru-baru ini.
Dikutip dari CNBC, Kamis (7/10/2021), harga minyak Brent sempat capai level USD 83,47 per barel, tertinggi sejak Oktober 2018, namun turun 1,79 persen lebih rendah pada USD 81,08 per barel.
Sedangkah minyak mentah AS naik ke USD 79,78, tertinggi sejak November 2014, sebelum turun 1,9 persen pada USD 77,43 per barel.
Lonjakan terbaru dalam harga minyak mentah telah didukung oleh penolakan Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya untuk meningkatkan produksi dan kekhawatiran tentang pasokan energi yang ketat secara global.
Pada Senin, OPEC, Rusia dan sekutu lainnya, yang dikenal sebagai OPEC+, memilih untuk tetap dengan rencana untuk meningkatkan produksi secara bertahap dan tidak meningkatkannya lebih jauh seperti yang telah didesak oleh Amerika Serikat dan negara-negara konsumen lainnya.
“Krisis energi sedang berlangsung dengan musim dingin di belahan bumi utara masih akan dimulai, dan menetapkan panggung untuk harga minyak yang lebih tinggi lagi,” kata Stephen Brennock dari Pialang Minyak PVM.
Persediaan minyak mentah AS naik 2,3 juta barel pekan lalu, terhadap ekspektasi untuk penurunan sederhana 418.000 barel, kata Departemen Energi AS.
Khususnya, produksi AS meningkat menjadi 11,3 juta barel per hari, pulih dari penutupan terkait badai lebih dari sebulan lalu untuk rebound mendekati level tertinggi pandemi tetapi masih jauh dari rekor 13 juta barel per hari yang ditetapkan pada 2019.
Baca Juga
Advertisement
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Harga Minyak Brent Naik 50 Persen
Harga patokan harga minyak Brent telah melonjak lebih dari 50 persen tahun ini, menambah tekanan inflasi yang dapat memperlambat pemulihan dari pandemi COVID-19.
Sementara itu harga sas alam telah melonjak ke rekor puncak di Eropa dan harga batu bara dari eksportir utama juga mencapai titik tertinggi sepanjang masa.
Analis di Broker OANDA, Jeffrey Halley mengatakan kedua kontrak minyak mentah tampak overbought berdasarkan indikator teknis yang diikuti secara luas, indeks kekuatan relatif.
"Itu mungkin menandakan beberapa kemunduran harian minggu ini tetapi tidak mengubah kasus bullish yang mendasari untuk minyak," katanya.
Advertisement